Mohon tunggu...
rizal eko
rizal eko Mohon Tunggu... kepala sekolah MTs Mahad Al-Zaytun

Saya seorang pendidik, hoby traveling, olahraga, membaca dan menulis, humoris dan terbuka terhadap berbagai hal. senang berinteraksi dengan siapapun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jangan menjadi bangsa pecundang apalagi bangsa yang tidak bermakna

19 Juli 2025   14:00 Diperbarui: 19 Juli 2025   13:14 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Jangan Menjadi Bangsa Pecundang

Apalagi Bangsa yang Tidak Bermakna

Ikhtiar Menuju Indonesia Modern 

Melalui Transformasi Revolusioner Pendidikan

Gema peringatan agar kita "jangan menjadi bangsa pecundang, apalagi bangsa yang tidak bermakna" haruslah terpatri dalam sanubari setiap anak bangsa, menjadi pengingat abadi bahwa eksistensi sebuah negara tidak diukur dari usianya semata, melainkan dari bobot pencapaian dan kedalaman kontribusinya bagi peradaban. Menghindar dari jurang kegagalan dan ketidakberartian ini bukanlah tugas yang ringan; ia menuntut kesadaran kolektif, kesiapan untuk berbenah, dan aksi nyata yang terencana. Kita perlu mempersiapkan diri secara komprehensif, tidak hanya dengan melatih kemampuan dan terus belajar secara individual, tetapi yang krusial, dengan mempersiapkan generasi unggul. Generasi inilah yang diharapkan tidak hanya pasif menerima perubahan zaman, tetapi juga proaktif dan piawai dalam beradaptasi, bahkan menjadi agen perubahan itu sendiri. Perjalanan bangsa kita, yang telah dan akan terus diwarnai oleh berbagai dinamika global yang bergerak dengan kecepatan eksponensial, menuntut kita untuk tidak sekadar bereaksi, melainkan berevolusi.

Realitas dunia yang terus berubah ini, yang seringkali tak terduga dan jauh berbeda dari apa yang selama ini kita alami, mendesak adanya sebuah transformasi fundamental, bahkan revolusioner, dalam cara kita berpikir, bersikap, dan bertindak. Perubahan adalah sebuah keniscayaan absolut, dan hanya bangsa yang berani memeluk perubahan dengan strategi yang tepatlah yang akan bertahan, berkembang, dan akhirnya berjaya. Titik episentrum dari transformasi bangsa ini terletak pada jantungnya, yakni sistem pendidikan. Pendidikan di abad XXI tidak lagi bisa dijalankan dengan paradigma lama yang sekadar berfokus pada transfer pengetahuan. Ia harus bermetamorfosis menjadi sebuah kekuatan yang mampu melahirkan generasi unggul -- insan paripurna yang dalam kearifan lokal kita kenal sebagai jalmo kang utomo. Generasi ini adalah mereka yang tidak hanya modern dalam pemikiran dan berwawasan futuristik, tetapi juga kokoh dalam karakter luhur, berintegritas, dan memiliki kepekaan sosial. Merekalah yang akan menjadi motor penggerak kemajuan, membebaskan bangsa ini dari bayang-bayang ketertinggalan dan membawanya menuju panggung kehormatan global.

Dalam konteks mewujudkan Indonesia Modern di abad XXI dan menyongsong usia 100 tahun kemerdekaan, transformasi pendidikan ini memerlukan fokus dan strategi yang lebih tajam. Salah satu pilar utamanya adalah melalui "Pelatihan Pelaku Didik." Pendidik adalah ujung tombak perubahan. Tanpa pendidik yang kompeten, visioner, dan berdaya, segala cetak biru transformasi pendidikan akan menjadi dokumen bisu. Oleh karena itu, pelatihan bagi para pendidik harus dirancang secara sistematis dan berkelanjutan, membekali mereka bukan hanya dengan penguasaan materi ajar terkini, tetapi juga dengan pedagogi transformatif, kemampuan menanamkan growth mindset, serta keterampilan untuk menjadi fasilitator dan motivator bagi peserta didik.

Lebih lanjut, "Transformasi Revolusioner Pendidikan Berasrama" memegang peranan strategis dalam akselerasi penciptaan generasi unggul tersebut. Pendidikan berasrama, dengan model pembinaan holistik 24 jam, menawarkan sebuah laboratorium kehidupan yang ideal untuk menanamkan nilai-nilai, membangun karakter, mengasah kemandirian, serta mengembangkan kecakapan sosial dan kepemimpinan secara intensif. Namun, pendidikan berasrama yang dimaksud bukanlah sekadar tempat tinggal bersama, melainkan sebuah ekosistem pembelajaran yang didesain secara revolusioner. Ini berarti kurikulum yang adaptif dan futuristik, metode pembelajaran yang inovatif dan partisipatif, serta yang terpenting, dikelola oleh para pendidik yang telah terlatih secara khusus untuk memaksimalkan potensi model pendidikan ini. Merekalah para "pelaku didik" yang mampu mentransformasi asrama menjadi kawah candradimuka bagi calon pemimpin bangsa.

Proses mendidik, dalam esensinya, adalah menuntun dengan penuh kasih sayang dan tanggung jawab. Setiap pendidik, baik di lingkungan formal seperti sekolah dan pendidikan berasrama, maupun di lingkungan informal dan non-formal, memikul amanah besar dalam proses menuntun ini. Ada tata nilai luhur bangsa, etika universal, dan integritas yang harus diinternalisasikan secara mendalam kepada generasi penerus. Transformasi revolusioner dalam pendidikan, termasuk melalui penguatan peran pendidik dan revitalisasi pendidikan berasrama, adalah manifestasi konkret dari berkembangnya pola pikir bertumbuh (growth mindset) di tingkat nasional. Ini adalah kesadaran kolektif bahwa potensi manusia Indonesia tidaklah statis, melainkan dinamis dan selalu dapat dikembangkan untuk menjawab berbagai tantangan zaman yang semakin kompleks. Justru melalui keberanian menghadapi dan mengatasi tantangan-tantangan inilah kita dapat mengasah kecerdasan kolektif, memantik kreativitas, serta menciptakan peluang-peluang baru yang gemilang, khususnya dalam menyongsong satu abad kemerdekaan negara kita -- sebuah momentum emas untuk membuktikan kepada dunia bahwa kita adalah bangsa yang tangguh, berdaya saing, dan penuh makna.

Untuk mewujudkan visi besar Indonesia Modern yang unggul dan bermakna pada usia 100 tahun kemerdekaannya, tugas kita bersama adalah menciptakan dan merawat ekosistem yang subur bagi tumbuh kembangnya inovasi dan kreativitas di segala lini. Lingkungan yang kondusif, yang menghargai gagasan orisinal, yang memberikan ruang aman bagi eksperimentasi dan kegagalan sebagai bagian dari proses belajar, serta yang mendorong kolaborasi lintas disiplin, adalah prasyarat mutlak untuk menjadi bangsa yang unggul. Inovasi dan kreativitas, yang ditempa melalui sistem pendidikan transformatif dengan pelaku didik yang kompeten, termasuk di lingkungan pendidikan berasrama yang direvolusi, bukan lagi sekadar pilihan, melainkan nafas kehidupan bangsa yang ingin terus relevan dan menjadi kontributor aktif bagi kemajuan peradaban global.

Pada akhirnya, seluruh upaya pengembangan pendidikan, termasuk pelatihan intensif bagi para pendidik dan transformasi model pendidikan berasrama, harus dimaknai sebagai sebuah ikhtiar suci untuk mempertahankan serta meningkatkan kualitas peradaban bangsa. Oleh karena itu, sikap kolektif sebagai masyarakat pembelajar (learning society) menjadi sebuah keharusan. Paradigma ini memandang pendidikan sebagai suatu proses berkelanjutan yang menyatu dengan denyut nadi kehidupan, mendorong pembelajaran yang dapat diakses dan berlangsung di mana saja, kapan saja, dan melibatkan siapa saja sebagai agen aktif dalam proses pembelajaran. Dengan semangat gotong royong dan komitmen yang tak tergoyahkan pada transformasi pendidikan ini, kita dapat memastikan bahwa Indonesia tidak hanya terhindar dari cap sebagai bangsa pecundang, tetapi juga menjelma menjadi bangsa yang keberadaannya senantiasa diperhitungkan dan memberikan makna mendalam bagi Indonesia sendiri dan bagi dunia di abad XXI dan seterusnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun