Mohon tunggu...
RIZALDY RAHADIANPRADIPTA
RIZALDY RAHADIANPRADIPTA Mohon Tunggu... Penulis - Netizen Journalism

Aku percaya, bahwasannya peradaban tercipta dari kata-kata yang keluar dari ujung sebuah pena.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kartelisasi Politik di Indonesia: Memahami Fenomena dan Dampaknya

24 Juni 2023   06:20 Diperbarui: 24 Juni 2023   06:48 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam dunia politik, istilah "kartelisasi politik" menjadi semakin relevan dalam konteks sistem politik di Indonesia. Kartelisasi politik merujuk pada bentuk kerjasama antara partai politik yang menggunakan sumber daya negara untuk mempertahankan posisi mereka dalam sistem politik. 

Istilah ini pertama kali diusulkan pada tahun 1992 oleh Katz dan Mair, dengan fokus pada pola kolusi atau kerjasama antar partai daripada persaingan politik yang seharusnya terjadi. Dalam konteks Indonesia, fenomena kartelisasi politik telah menjadi topik perdebatan yang hangat.

Salah satu ciri kartelisasi politik di Indonesia adalah hilangnya peran ideologi partai sebagai faktor penentu dalam perilaku koalisi partai. Sejak era reformasi, partai-partai politik di Indonesia cenderung tidak lagi memprioritaskan ideologi politik mereka. 

Alih-alih, koalisi partai didasarkan pada kepentingan pragmatis dan keuntungan politik jangka pendek. Hal ini dapat mengakibatkan pergeseran fokus dari ideologi ke upaya mempertahankan dan memperluas kekuasaan politik.

Kartelisasi politik juga tercermin dalam sikap permisif partai-partai politik dalam pembentukan koalisi. Partai-partai cenderung bersedia untuk berkoalisi dengan siapa pun yang dapat memberikan dukungan politik dan keuntungan tertentu, tanpa mempertimbangkan secara menyeluruh visi dan misi partai tersebut. 

Akibatnya, terdapat koalisi yang terbentuk tanpa adanya kesamaan ideologi atau pandangan politik yang jelas, yang berpotensi mengaburkan perbedaan dan mengurangi persaingan politik yang seharusnya terjadi.


Kartelisasi politik di Indonesia juga tercermin dalam ketiadaan oposisi politik yang kuat. Partai-partai politik cenderung bergerak secara kolektif sebagai satu kelompok, dengan sedikit persaingan politik yang nyata di antara mereka. Hal ini dapat menyebabkan kurangnya kontrol dan kritisisme terhadap kebijakan pemerintah, yang merupakan elemen penting dalam sistem demokrasi yang sehat. Tanpa oposisi yang kuat, kualitas pengambilan keputusan politik dapat terganggu dan kurangnya akuntabilitas dapat terjadi.

Dalam sistem kartelisasi politik, pengaruh hasil pemilu dalam menentukan perilaku partai politik menjadi terbatas. Meskipun pemilu adalah mekanisme penting dalam demokrasi untuk menentukan dukungan publik dan mandat politik, dalam konteks kartelisasi politik, hasil pemilu tidak selalu mencerminkan dengan jelas kekuatan dan dukungan sebenarnya bagi partai-partai politik. Sebaliknya, partai-partai cenderung mempertahankan posisi dan kekuasaan mereka melalui mekanisme lain, termasuk kolusi antarpartai.

Kartelisasi politik memiliki dampak yang signifikan terhadap sistem politik dan masyarakat di Indonesia. Beberapa dampak yang perlu diperhatikan antara lain:

1. Kurangnya Inovasi dan Perubahan: Kartelisasi politik dapat menghambat inovasi dan perubahan dalam kebijakan publik. Ketika partai-partai politik lebih fokus pada mempertahankan kekuasaan daripada memajukan kepentingan publik, kebutuhan masyarakat dapat terabaikan dan kebijakan yang progresif sulit diimplementasikan.

2. Kekuasaan Konsentrasi: Kartelisasi politik dapat menghasilkan konsentrasi kekuasaan pada beberapa partai politik atau kelompok elit, yang berpotensi merugikan pluralisme politik dan partisipasi publik yang sehat dalam proses demokrasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun