Mohon tunggu...
Indah Syafitri Nasution
Indah Syafitri Nasution Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Indah Syafitri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tegar Saat Kehilangan

6 Desember 2019   22:08 Diperbarui: 6 Desember 2019   22:08 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Aku mulai berpikir, apa yang harus aku pilih. Kemudian aku memilih jurusan kesehatan masyarakat. Aku memilih jurusan ini karena ayah, dulu Ayah pernah bilang "kalo nanti kamu kerja di bidang kesehatan kalo bisa bantulah orang yang tidak mampu seperti dokter ayah kepada ayah". Aku sangat ingin mewujudkan keinginan dia, aku ingin sekali saja membuat ayah senang dengan pilihanku. Sebagai seorang anak aku harus mewujudkan impian terakhir ayahku.

Aku ingin membanggakan orang tua ku karna menjadikanku anaknya. Mungkin ibu tidak seperti orang tua yang lain yang paham dengan dunia perkuliahan tapi dia selalu mendukungku. Walaupun dia tidak paham dengan dunia perkuliahan bukan berarti dia tidak perduli dengan kuliahku. Dia sangat peduli bahkan dia sangat-sangat mendukungku agar bisa menggapai cita-citaku. Ibu juga sosok yang sangat penting di dalam hidupku, dia adalah orang yang tidak pernah lelah dan berhenti untuk membantu dan mendoakanku. Dia lah yang selalu memberiku nasehat saat dalam masalah. Aku bangga padanya, ia bisa menghidupkan kedua anaknya sendirian dan slalu memberikan nasehat-nasehat untuk kami agar menjadi pribadi yang lebih baik.


Setelah ayah meninggal, ada banyak cara aku agar tetap berbakti padanya. Aku tetap bisa memberikan kebaikan kepada ayah berupa pahala. Rasulullah SAW menganjurkan kepada seorang sahabat untuk melakukan beberapa amalan, agar mereka bisa tetap berbakti kepada orang tua mereka. Dari Malik bin Rabi'ah As-Sa'idi radhiyallahu 'anhu, beliau menceritakan, "Ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, tiba-tiba datang seseorang dari Bani Salamah. Orang ini bertanya, 'Wahai Rasulullah, apakah masih ada cara bagiku untuk berbakti kepada orang tuaku setelah mereka meninggal?" Jawab Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,

Artinya : "Ya, menshalatkan mereka, memohonkan ampunan untuk mereka, memenuhi janji mereka setelah mereka meninggal, memuliakan rekan mereka, dan menyambung silaturahmi yang terjalin karena sebab keberadaan mereka." (HR. Ahmad 16059, Abu Daud 5142, Ibn Majah 3664, dishahihkan oleh al-Hakim 7260 dan disetujui adz-Dzahabi).

Sangat sulit bagiku untuk bisa mendapatkan jurusan ini. Banyak hal-hal yang membuatku hampir patah semangat. Aku ingin masuk di universitas lain, namun nilaiku tidak cukup untuk menggeser temanku yang juga menginginkan hal yang sama denganku. Aku pun mulai berhenti, aku lelah harus bertaruh demi jurusan, bagiku dimana pun aku masuk mungkin disitulah takdir yang tepat untukku. Aku mulai menerima semuanya, aku tidak bisa memaksakan kehendakku sementara aku lah yang salah karena kurang nilai. Karna saat aku menyalahkan orang lain aku sadar aku sedang menjelekkan diriku sendiri karna tidak mampu menandinginya.


Saat aku mendaftar kuliah aku sangat iri melihat banyaknya anak perempuan yang didampingi ayahnya. Aku iri mereka tetap bisa menciptakan momen saat sudah dewasa, aku rindu saat saat berkumpul dengan ayah. Mereka masih bisa manja dengan ayahnya, kadang aku sangat ingin berjumpa dengannya. Sekarang aku sadar, saat ayah pergi aku bisa menjadi anak yang mandiri. Mungkin karna inilah Allah memisahkan kami.

Banyak hikmah yang kudapat setelah aku masuk ke univeraitas ini. Aku bersyukur aku bisa masuk disini. Banyak hal yang diberikan Allah yang mungkin tidak bisa ku dapati di Universitas lain. Inilah kenapa kita harus mempercayai takdir. Karna Allah tidak mungkin memberikan jalan yang salah kepada hambanya.


Kepergian ayah bukan untuk di sesali, melainkan menjadi alasan bagiku untuk bangkit agar bisa menjadi anak yang lebih mandiri. Aku tau Allah tidak mungkin mengujiku jika aku tidak bisa melaluinya. Dulu aku kira aku bakal kesepian dan sendirian, tapi sekarang aku tau ujian ini membuatku menjadi lebih tangguh dan tegar. Mungkin tidak banyak kisah yang bisa kuceritakan tentang Ayah. Hanya momen-momen kecil yang slalu membuatku bersemangat dan slalu merasa bahwa dia slalu ada di dekatku.


Perpisahan yang paling menyedihkan adalah perpisahan ketika mereka tidak pernah bisa bertemu lagi. Seperti apapun anak saat orang tuanya pergi pasti hatinya merasa kacau dan sedih. Jika masa itu bisa di putar lagi pasti semua aku ingin memperbaiki kesalahannya saat orang tuanya hidup. Saat orang tua sudah tiada banyak penyesalan yang ku alami. Seperti tidak bisa membanggakan orang tua semasa hidupnya. Sebagai anak yang ditinggal orang tuanya cara berbakti yang cocok adalah dengan mendoakan orang tua kita.


Kehidupanku tidak pergi. Hanya ayah saja yang pergi. Ayah, mungkin saat ini aku merasa sedih, tapi  kehidupan tetap harus dijalani kan?. Kematian ayah telah mengubah hidupku. Aku jadi tahu kenangan apa yang harus aku tinggalkan nanti bila aku tiada dan itu akan berarti bagi anak-anakku kelak. Anak-anakku berhak mengetahui betapa mereka sangat dicintai ketika aku pergi.Kehilangan memang hal yang paling tidak mengenakkan, apalagi menghadapi kenyataan orangtua tiada.


Setiap orang pasti pernah merasakan kehilangan, tapi bukan berarti karna kehilangan ia jadi patah semangat. Tidak ada manusia yang benar benar siap untuk kehilangan. Namun saat takdir berkata lain, mau tak mau kita harus bisa menerimanya. Hidup harus tetap kita jalani, jangan karna ditinggalkan, lantas kau merasa kehilangan arah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun