BAB III
PENUTUPAN
Kesimpulan
Stratifikasi sosial pada hakikatnya akan selalu ada dalam kehidupan manusia. Entah disengaja atau tidak disengaja. Faktor-faktor nyata dari aktivitas publik akan menentukan posisi seseorang yang tiada henti dalam garis sosial tertentu. Agama dalam situasi ini pun turut menambah hadirnya garis-garis definisi sosial, meski tidak memberikan ruang tertutup bagi seseorang untuk terus menerus berpindah dari satu kelas ke kelas berikutnya. Menurut sejumlah penelitian, terdapat keterkaitan yang kuat antara pendidikan biasa dan pendidikan Islam. Salah satu faktor yang menentukan kelas sosial seseorang adalah tingkat pendidikannya. Selain itu, kedudukan orang tua, penghasilan, dan lain sebagainya, juga terhubung dengan kelas sosial. Orang tua kaya yang memiliki gelar sarjana pasti akan memberikan kesempatan kepada anaknya untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, seperti perguruan tinggi. Sementara itu, orang tua yang berekonomi rendah dan tidak memiliki gelar sarjana tidak menawarkan kesempatan kepada anaknya untuk kembali bersekolah. Jadi cenderung beralasan bahwa pendidikan  berkaitan dengan stratifikasi sosial. Dengan asumsi bahwa seseorang memiliki pendidikan yang luar biasa, mereka akan menempati masyarakat kelas atas, dan sebaliknya, individu yang baru sampai di sekolah dasar atau sekolah menengah biasanya menempati kelas bawah.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Syaibany Omar Mohammad Al-Toumy, 1979, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang.
Arif Mahmud, 2009, Panorama Pendidikan Islam di Indonesia; Sejarah, Pemikiran, dan Kelembagaan, Yogyakarta: Idea Press.
Azra Azyumardi, 1998, Esei-Esei Intelektual Muslim Dan Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Muchtar Heri Jauhari, 2008, Fikih Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nata Abuddin, 2005, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama.