Mohon tunggu...
Rizaky Autabrian
Rizaky Autabrian Mohon Tunggu... Pelajar

Hobii berolahraga dan mencari uang

Selanjutnya

Tutup

Financial

Asia timur dan pasifik: motor baru pertumbuhan ekonomi global ditengah tantangan dan peluang

10 Juni 2025   22:20 Diperbarui: 10 Juni 2025   22:24 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Jakarta, 10 Juni 2025 Pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Timur dan Pasifik terus menunjukkan performa kuat, menjadi penopang utama perekonomian dunia di tengah perlambatan ekonomi Amerika Serikat dan Eropa. Dipimpin oleh Cina dan India, wilayah ini berhasil menarik dunia keluar dari krisis keuangan global dan mengantarkannya kembali ke jalur pertumbuhan yang stabil.

Menurut laporan terbaru Bank Dunia dan IMF, pertumbuhan ekonomi di Asia Timur dan Pasifik masih menjanjikan meski menghadapi berbagai tantangan seperti inflasi tinggi, kenaikan harga komoditas, dan risiko perlambatan di ekonomi utama seperti Cina.

Ketergantungan pada Cina Jadi Risiko Utama

Rajiv Biswas, analis dari lembaga riset IHS Global Insight, menyatakan bahwa perlambatan ekonomi Cina akan berdampak besar terhadap negara-negara manufaktur ekspor seperti Korea Selatan dan Taiwan serta eksportir sumber daya alam seperti Indonesia, Australia, dan Malaysia. “Perlambatan ekonomi Cina tidak diragukan akan memukul keras perekonomian Asia,” ujarnya.

Tantangan Inflasi dan Kenaikan Harga Komoditas

Bank Dunia dalam laporan Prospek Ekonomi Global menyebutkan sejumlah ancaman besar seperti harga komoditas yang tinggi, inflasi yang meningkat, dan kemungkinan destabilisasi arus modal akibat kebijakan moneter yang ketat. Arjuna Mahendran dari HSBC Private Bank menambahkan bahwa urbanisasi cepat dan peningkatan pendapatan masyarakat kelas menengah memicu ledakan permintaan bahan bangunan dan konsumsi, yang berujung pada kenaikan harga.

Pergeseran Fokus dari Ekspor ke Permintaan Domestik

Seethepalli dari Bank Dunia menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Asia tidak bisa lagi hanya bergantung pada ekspor. “Pertumbuhan harus ditopang oleh konsumsi dan investasi domestik,” katanya, menyoroti pentingnya diversifikasi ekonomi di tengah ketidakpastian pasar global.

Perlunya Pengurangan Ketimpangan dan Peningkatan Lapangan Kerja

IMF menekankan pentingnya pembangunan ekonomi yang inklusif dengan mengurangi ketidakmerataan dan memperluas lapangan kerja. Langkah ini dinilai vital untuk menjaga stabilitas sosial sekaligus menopang pertumbuhan jangka panjang.

Proyeksi Pertumbuhan 2024-2025

Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Asia Timur dan Pasifik akan melambat dibanding sebelum pandemi. Cina diproyeksikan turun dari 4,8% di 2024 menjadi 4,3% di 2025 akibat pasar properti yang melemah dan tantangan demografis. Namun, negara-negara lain seperti Indonesia diperkirakan mampu tumbuh lebih baik, sementara Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam masih tertinggal di bawah tingkat pertumbuhan sebelum pandemi.

Kawasan kepulauan Pasifik juga mencatat pertumbuhan stabil di kisaran 3,4%-3,5%, didukung oleh pemulihan sektor pariwisata. Namun, investasi di wilayah ini masih lemah dan membutuhkan dorongan kebijakan.

Modernisasi dan Reformasi Kunci Pertumbuhan Berkelanjutan

Manuela V. Ferro, Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik, menegaskan bahwa negara-negara di kawasan ini harus melakukan reformasi dan modernisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan pola perdagangan dan kemajuan teknologi. “Proaktif dalam beradaptasi dengan perubahan adalah kunci untuk mempertahankan posisi sebagai penggerak utama ekonomi global,” ujarnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun