Mohon tunggu...
Riyanto Suparno
Riyanto Suparno Mohon Tunggu... Swasta -

Safety Engineer yang hobi menulis dan berdiskusi rriyanto74@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

RT Dikun dan Rakyat: Gubernure Lali

13 April 2016   14:14 Diperbarui: 13 April 2016   14:29 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setelah bosan di Kantor dan jengah dengan banyaknya pemberitaan tentang PILKADA DKI serta banyak lagi berita tentang Pemerintah yang ini dan itu, rasanya tergelitik juga ingin berpendapat. Ingin sharing.

Ingin gosip buat orang yang kerja di Menara Kuningan Jakarta agak susah. Semua sibuk menatap laptop, sementara saya sibuk nunggu giliran presentasi beberapa jam lagi. Saya curahkan saja opini saya. Semoga bisa diambil hikmah.

Kadang-kadang kita perlu becermin dan belajar pada sosok lain dan mendengar apa yang mereka katakan. Taruhlah seorang pengemis dan pedagang asongan juga punya pandangan-pandangan yang bisa jadi bijak lagi baik.

Man on street, orang awam seperti saya, bisa juga melontarkan gagasan yang kadang ada benarnya.
Di negeri yang enggan beranjak maju ini, mesti begitu ingin. Tersebutlah sebuah kisah tentang Negara dan Provinsi yang sedang menjadi buah bibir. Tempat dimana seorang RT hidup, sebut saja Dikun. Biasa disapa RT Dikun.

Sore itu, RT Dikun sedang duduk di depan pendopo rumahnya. Sebagai abdi Negara dan Negarawan, ia cukup disegani oleh para warganya. RT Dikun rupanya jelek, idung cenderung pesek, perut buncit, kaki pengkor ndak karuan, tapi ia punya tutur kata dan guyonan yang bagus. Tidak pernah sekalipun ia mengejek atau membentak warganya. Walau ingin.

Ia merakyat dan mau ngobrol sama kawan-kawannya yang ndak sempat bersinggungan dan menyampaikan gagasan kepada Gubernurnya. Gubernur di Provinsi ini dikenal dekat dengan RT Dikun. Bisa dibilang RT Dikun memiliki relasi khusus dengan Gubernur. Sehingga banyak orang menganggap dia sebagai penyambung lidah orang-orang kecil. RT Dikun bekerja sebagai tukang kebun di Rumah Dinas Gubernur.

Sore itu. RT Dikun tengah mendengarkan keluh kesah salah satu warganya. Djani. Pedagang gorengan.

“RT Dikun, harga beras itu mulai mahal loh. Mbok yo ngomong karo Gubernur. Kandani yen beras jadi mahal. Kami susah makan Kun. Ndak mikirin apa kami susah kayak gini.” Celoteh Djani yang lewat dan bertemu RT Dikun yang sedang duduk di teras depan rumahnya.

“Yang punya kebijakan itu Presiden, ya Presiden yang ada di pemerintahan pusat sana yang punya kuasa nentuin harga beras.” Jawab RT Dikun. “Gubernur mana tahu begituan.” Lanjutnya sok tahu.

“Mbok pikir Gubernur iku goblok!. Dari dulu itu tugas Gubernur bantu kami toh Kun. Memang dia ndak merasakan kayak kami.” Kilah Djani.

Heeemmmm. RT Dikun mesam-mesem sendirian. Ia terlihat sedikit Gusar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun