Mohon tunggu...
Riyan Arthur
Riyan Arthur Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Evaluasi Pendidikan dan Latihan (Kirk Patrick)

22 April 2015   02:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:49 1655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Model ini dibangun atas empat tingkatan evaluasi (four levels of evaluation). Pada setiap tingkatan evaluasi didasari atau dibangun dari tingkatan sebelumnya. Menurut model ini evaluasi harus selalu dimulai dari level pertama reaksi (reaction), lalu dilanjutkan ke level berikutnya secara bertahap yakni ke level dua pembelajaran (learning), kemudian level ke tiga perilaku (behavior) sebagian orang mengatakan level transfer (transfer), dan terakhir level empat yakni hasil (result). Informasi yang diperoleh dari setiap tingkatan merupakan dasar bagi pelaksanaan evaluasi pada tingkatan berikutnya. Jadi, setiap level di atasnya merepresentasikan ukuran efektivitas yang lebih tepat tentang training tersebut, tapi pada waktu yang bersamaan mengharuskan untuk menganalisisnya.

Model evaluasi Kirkpatrick terdiri dari empat tahapan evaluasi (four levels of evaluation). Model ini digunakan dalam penelitian ini dengan alasan: (1) model ini telah banyak digunakan dalam penelitian-penelitian evaluasi program pelatihan atau pendidikan sejenis diklat, dan (2) model Kirkpatrick telah teruji keefektifannya untuk digunakan dalam mengevaluasi program.

Untuk mengetahui lebih jauh tentang keempat tingkatan model Kirkpatrick tersebut dan penjelasan tentang hubungan setiap level tersebut perlu dikemukakan satu persatu sebagai berikut:

1)Evaluasi terhadap Reaksi

Pada tahap ini evaluasi dilakukan untuk mengukur bagaimana reaksi peserta pelatihan terhadap program yang ditawarkan. Tahap ini diukur dengan cara menyebarkan kuesioner kepada peserta pada saat kegiatan hampir selesai. Tahap ini mengukur satu hal yakni persepsi atau reaksi peserta terhadap materi diklat (course). Jadi, tahap ini mencoba menjawab pertanyaan berkenaan dengan persepsi peserta apakah mereka menyukai program tersebut dan apakah materinya relevan dengan bidang tugas mereka.

Jenis evaluasi tahap ini oleh Kirkpatrick disebut sebagai “smilesheet’. Menurutnya sebuah program minimum harus dievaluasi hingga tahap/level ini untuk menyiapkan perbaikan (improvement) program. Selain itu, reaksi peserta memiliki konsekuensi penting bagi tahap berikutnya, yakni learning level. Reaksi yang negatif sering sekali dapat dikurangi.

Pada level reaksi, yang diukur adalah persepsi peserta pelatihan terkait “like & dislike” dari program pelatihan yang diikuti. Pada tahap ini akan diperoleh informasi sebatas program pelatihan yang dilakukan, sedangkan return of invesment (ROI) belum dapat diukur, atau dengan kata lain mengukur reaksi peserta pelatihan tidak mengungkapkan seberapa besar efektivitas pelatihan berkontribusi pada peningkatan nilai organisasi (organization’s value).

2)Evaluasi terhadap Pembelajaran

Pengukuran efektivitas pelatihan level kedua ini adalah menilai hasil-hasil pembelajaran dari pelatihan yang dilakukan. Pada tahap ini diukur seberapa besar peningkatan pengetahuan, keterampilan sebelum dan sesudah pelatihan. Metoda ini dilakukan secara sederhana dengan melakukan pre-test dan post-test. Hasil-hasil pembelajaran yang diperoleh sangat dibutuhkan tetapi tidak menjamin aplikasi pengetahuan yang diperoleh.

Penilaian pada level ini bergerak dari kepuasan peserta kemudian mencoba untuk menilai kemajuan perkembangan keterampilan, pengetahuan, atau sikap peserta. Pengukuran pada level ini dilakukan dengan cara yang beragam dari tes yang formal ke nonformal baik dalam bentuk penilaian kelompok atau penilaian perorangan (team assessment and self assessment). Jika memungkinkan peserta mengikuti tes sebelum pelatihan (pre-test) dan tes setelah pelatihan (post-test) untuk dapat mengukur pengetahuan yang mereka peroleh selama pelatihan.

3)Evaluasi terhadap Perilaku

Level ketiga evaluasi pelatihan model Kirkpatrick adalah mengukur perilaku, melihat efeknya terhadap kinerja (Arthur & Benett, 2003). Pengukuran perilaku dilakukan dengan cara mengevaluasi perubahan perilaku kerja terkait dengan sebelum dan sesudah pelatihan. Meskipun pembelajaran dan perubahan perilaku belum secara langsung memberikan efek finansial, akan tetapi peningkatan pengetahuan, keterampilan, sikap perilaku akan diikuti kinerja individu dan organisasi.

Evaluasi pada level ketiga ini mencoba menjawab pertanyaan, apakah pengetahuan dan keterampilan yang baru mereka peroleh dapat digunakan dalam lingkungan kerja mereka sehari-hari. Apakah perubahan sikap atau attitude disebabkan adanya pelatihan. Tahapan ini merupakan penilaian yang paling benar terhadap efektivitas program. Pengukuran pada tahap ini akan dilakukan dengan cara menyebarkan angket kepada staf peserta diklat dan kepada peserta/alumni diklat serta diperkuat dengan wawancara baik kepada atasan langsung maupun kepada alumni. Pertanyaan tersebut intinya adalah tentang penambahan pengetahuan dan perubahan sikap terhadap tugas-tugas di kantor.

4)Evaluasi terhadap Dampak


Level keempat efektivitas pelatihan model Kirkpatrick adalah mengukur seberapa jauh pelatihan dan pengembangan berpengaruh bagi pencapaian sasaran organisasi. Pengukuran level 1-2-3 lebih berfokus pada skala individual sedangkan level keempat lebih menekankan pada level organisasional  seperti ROTI (Return on Training Investment). Pada level ini, biaya dan keuntungan yang dihasilkan dari pelatihan dan pengembangan dibandingkan, ROTI yang positip bila keuntungan (benefit) lebih besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan. Level keempat ini mengukur kesuksesan dalam berbagai hal seperti, dari segi bisnis, bertambahnya hasil produksi, kualitas produk bertambah baik, biaya berkurang, kecelakaan kerja menurun, dan bahkan makin tingginya keuntungan atau investasinya kembali

DonaldL.KirkpatrickdanJamesD.Kirkpatric,EvaluatingTrainingPrograms:TheFour Levels(SanFransisco:Berrett-KoehlerPublishersInc,2005), h. 21.

Ibid.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun