INSPIRATIF – “Memasuki dunia pesantren tidak hanya belajar mengaji Al Qur’an menghafal hadits dan mempelajari kitab kuning saja, namun belajar di pondok pesantren luas ilmunya. Ilmu pengetahuan dan akhlak adalah pendidikan yang diterapkan di ponpes demi kemajuan mental dan moral agama Islam untuk masa yang akan datang.” (@NovyWriter)
Salah satu alumni pondok pesantren yang bisa menjadi suri tauladan kita adalah Claudyna Chlastriningrum, SE. Wanita berparas ayu kelahiran Pasuruan, 6 Desember 1977 ini mengaku senang orang tuanya memasukkan ke Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang (PPDU), Jawa Timur. Awalnya Dyna –sapaan akrabnya- tidak yakin bisa betah tinggal di asrama pesantren. Ternyata, banyak sekali manfaatnya hingga bisa cukup sukses seperti sekarang ini.Menjadi pengusaha batik hingga mancanegara. Lulus dari SMA di lingkungan PPDU, Dyna melanjutkan ke Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang. Setelah lulus kuliah strata satu ia berkarier di sebuah perusahaan yang berada di Jakarta. Resign dari kerja kantoran itu karena Dyna ingin fokus mengurus rumah tangganya.
Bukan Dyna namanya bila ia hanya berpangku tangan, menerima penghasilan dari suaminya untuk mengatur keuangan rumah tangganya, ia pun kembali menekuni dunia fashionable. Saat putri sulungnya mengikuti lomba modelling, dengan berbekal ilmu pengetahuan yang ditempuhnya dan memiliki bakat serta minat di dunia model dan fashion, Dyna mencoba membuatkan baju untuk putri kesayangannya itu. Berhasil memenangkan sebuah kontes fashion show dan banyak mendapat sambutan baik terhadap rancangan karya Claudyna, sehingga tawaran pesanan baju yang dibuat oleh Dyna laris manis.
Dari membuat rancangan baju untuk anaknya, dengan daya kreativitas dan kemampuan serta untuk pengembangan diri, Dyna membuka peluang usaha dari hobby lamanya di dunia fashion (pernah memenangkan juara modelling saat remaja di Surabaya, *Red.), berjuang terus mengembangkan usahanya dengan cita rasa khas batik Nusantara. Diberinya label Sasono Batik berganti nama label menjadi DCla. Peluang usaha Dyna berkembang pesat dan memperkenalkan usahanya hingga mancanegara seperti Singapore, China, Australia, Belanda dan Turki.
Kenapa memilih bahan dari batik? “Karena ingin memotivasi dan mengenalkan bahwa batik karya peninggalan leluhur yang sangat berharga dan patut dihargai,” ujar Dyna yang sudah berhaji dan umroh ini dan kini tinggal di Semarang.
Claudya memang suka dengan tantangan baru. Usaha membuat baju batik yang laris manis, kemudian mencoba untuk brand tas yang masih dari bahan dasar batik, kini beralih usaha ke model jilbab, scraf dan pashmina. Memilih usaha yang terakhir ini, “Terasa lebih adem dan nyaman. Karena ingin membangun identitas bahwa Muslim di Indonesia dan dunia harus diberi kesempatan yang sama”, kata Claudyna ibu dari dua putri yang cantik-cantik.
Sekarang Dyna sering bolak balik antara Indonesia dan Turki. Memilih Turki, sudah jatuh cinta pada negara ini dengan sejarah Islam yang indah dan cantik, maka mencoba merantau menggali potensi diri untuk menyatukan keragaman yang ada. “Indonesia sebagai world trend Moslem fashion,” ujarnya.
Memiliki usaha yang dibilang cukup sukses ini, Claudyna masih tetap memiliki harapan terbaik dan pantang menyerah dalam mengelola usaha yang berawal dari kegemarannya. “Harapan ke depan hanya ingin menciptakan peluang-peluang baru yang bermanfaat untuk agama, keluarga dan umat,” kata Claudyna yang tetap cantik ini melalui pesan BlackBerry Messenger. “Tidak ada yang tidak mungkin bila kita mau berusaha dan berdoa,” tambahnya memberikan pesan kepada sahabat #Kompasioner. (NV29)
Penulis : Novita Rosyidah (Novy E.R.)
twitter : @NovyWriter