Mohon tunggu...
Te Telun
Te Telun Mohon Tunggu... Relawan - Literasi Gaya Bahaya | Pernah Belajar di UNESA Suroboyo

Pria Tampan dari Timur | Penggemar Gus Dur & NU

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ade, Kubur Mimpimu Menjadi PNS, Berwirausaha Saja ee!

12 November 2019   14:21 Diperbarui: 14 November 2019   07:31 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi CPNS (Tribun Jabar.Tribunnews.com)

Menurut informasi yang sampai ketelinga saya, saat ini pemerintah Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) membuka pendaftaran seleksi penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Untuk tahun 2019 ini Mabar kebagian 154 kuota CPNS. Jumlah tersebut meliputi 76 orang tenaga pendidik, 59 tenaga kesehatan dan 9 sisanya bidang teknik.

Jumlah kuota CPNS di Mabar (seperti di kabupaten/kota lainnya) ini lazimnya dibagi kedalam beberapa formasi sesuai dengan hasil analisis beban kerja yang sudah dilakukan sebelumnya.

Saya sendiri kurang tahu persis sudah berapa banyak peserta CPNS yang sudah mendaftarkan diri di Badan Kepegawaian Daerah(BPD) Mabar. Dan bila menilik jumlah angkatan kerja terdidik (sarjana) di Mabar untuk saat ini, saya berkeyakinan sedini pasti sudah banyak ikut mendaftar, mungkin jumlahnya ribuan orang. 

Tentu dari kesekian banyaknya peserta yang ikut mendaftar, yang tereliminasi juga pasti banyak. Memang tidak ada salahnya ikut nimbrug dan testing, tapi jangan terlalu ngebet.

Diskursus tentang lulusan perguruan tinggi di Indonesia lebih khsusnya di Manggarai Barat-NTT, erat kaitannya dengan dunia kerja yang tak pernah berkesudahan. Munculnya berbagai masalah terkhusus polemik pengangguran terdidik dari perguruan tinggi, baik pada jenjang diploma ataupun sarjana yang masih tinggi.

Hingga samapai detik ini, dalam memilih jurusan saat menempuh pendidikan tinggi, kebanyakan para pelajar dari Manggarai bahkan NTT keseluruhan pasti dominan dibidang pendidikan dan kesehatan. 

Anda bisa menjumpai pelajar NTT dimana saja, di Bali, Jawa, dan Kalimantan. Dan bila ditanya bagaimana kelak ketika sudah selesai, ya mau jadi Guru dan Bidan yang berstatus PNS.

Tentu pemilihan jurusan ini erat kaitannya dengan motivasi kembali ke daerah asal, keinginan untuk menjadi PNS, rendahnya pengetahuan akan jurusan bidang ilmu lain, stigma yang tertanam pada diri orang tua, dan lain sebagainya.

Berbicara tentang PNS, saya punya pengalaman tersendiri dan terbilang unik. Ketika berangkat kuliah ke pulau Jawa dulunya, Bapak saya yang nota bene seorang PNS dan mengajar didaerah terpencil di Flores, sangat menginginkan saya kelak menjadi seorang pendidik/ guru sepertinya. Beliau bilang agar bisa bersamanya mengajar karena disekolahnya kekurangan tenaga pengajar.

Tanpa mengkerdilkan pilihan sang Ayah, hal ini boleh dikatakan sangat tertinggal jauh ketika saat itu banyak orang yang termotivasi untuk memilih jurusan yang erat kaitannya dengan hobby, kewirausahaan, industri kreatif dan bidang-bidang lainnya yang berskala nasional. Akhirnya saya memutuskan untung menjadi wirausahawan dan pengen kuliah ekonomi dan bisnis.

"Ae.. Bapa sa kuliah bisnis saja ee.. Maaf ee, sa tarda(tidak) punya bakat untuk jadi guru seperti Bapa soalnya." Pinta saya
"Oke bae su anak. Mana yang menurut ko terbaik sa. Bapa trada(tidak)paksa" pungkas beliau.

Mengidentifikaksi Niat untuk Tidak Mau Menjadi PNS
Pengembangan kewirausahaan merupakan konsep yang sudah sejak lama digodok dan terus digalakan untuk menekan jumlah pengangguran terdidik dan malah mendorong lulusan pendidikan tinggi untuk menciptakan lapangan pekerjaan.

Ini memang menjadi tantangan tersendiri bagi sarjana-sarjana baru. Bersyukur untuk saat ini saya punya usaha kecil kelas menengah kebawah, dan bisa mempekerjakan beberapa orang dalam menjalankan usaha saya. Pendapatan dari unit usaha ini pun lumayan, sehingga saat ini pun saya mengurungkan niat untuk menjadi PNS.

Dalam konteks yang lebih kecil, kecendrungan orang menjadi PNS tentu berbuntut pada pemilihan jurusan yang mengarah kesana. Tidak adanya keinginan untuk menjadi wirausaha lalu berdampak pada menumpuknya tenaga kerja terdidik yang rela antre untuk menjadi PNS.

Sebagai contoh, Brayen anak dari Om saya yang lulus kuliah 2018 kemarin. Kebetulan saudara satu ini mengambil keguruan dan hingga kini menjadi pengangguran tertutup dan masih belum punya pekerjaan hingga saat ini. Entahlah, mungkin karena sedang malas cari kerja atau istilah kerennya "istirahat otak" seusai beradaptasi dengan materi kuliah yang melelahkan.

"Ade.. Tidak cari kerja ko? Kerja den saya saja kalo belum ee.. saya gaji ko, sebelum besok ko diterima mengajar disekolah to?" Pekik saya sambil guyon
"Ae kaka.. biar sa dulu. Tunggu lulus PNS sa baru ngajar. Gaji kecil soalnya ee" jawabnya
"Ado mati ko.. PNS sulit sekarang ee. Buka usaha kecil-kecil sa dulu to. Untuk uang rokok kah!" Tambah saya
"Iya kaka.. lihat sa kedepan ni" terangnya.

Jika melihat ruang lingkup Manggarai keseluruhan untuk saat ini, peluang usaha disektor pertanian, peternakan dan industri kreatif tentu masih besar. Namun itu tadi, kecendrungan menjadi PNS entah kareba berbagai alasan menutup pintu berwirausaha.

Sementara tanpa kita sadari, dalam hitungan bulan calon tenaga kerja baru yang mengantre dalam calon PNS terus menanjak. Bisa nanti kita terjepit, lowongan yang tersedia tak sebanding tak jumlah pelamar, hingga ancaman moratorium pengangkatan PNS.

Sementara kita terus berusaha berada dibarisan itu. Kita jadinya lupa melihat peluang lain yakni mengembangkan usaha sendiri dan menjaring tenaga pekerja sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun