Mohon tunggu...
Rita Kum
Rita Kum Mohon Tunggu... Pramusaji - Pramusaji

Perempuang yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keluarga Indonesia Harus Hindari Radikalisme

11 Juni 2020   05:00 Diperbarui: 11 Juni 2020   05:02 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap kemajuan menghasilkan keuntungan disamping juga resiko. Hal ini yang terjadi pada era 2000 an dimana banyak kemajuan teknologi informasi terjadi, disamping kenaikan pendapatan (ekonomi) juga terjadi. Banyak orang sejahtera pada masa ini, meski banyak juga yang masih harus berada di garis miskin.

Begitu juga soal budaya dan pengaruh dari dunia terhadap keluarga yang tak terhitung banyaknya. Narkoba dan pengaruh bermacam-macam ideology juga menyerbu keluarga Indonesia. Ini membuat banyak keluarga termasuk kaum ibu bersikap khawatir akan pengaruh dari luar tersebut. Kita bisa melihat banyaknya universitas yang ternyata tersusupi ideologi transnasional  berupa radikalisme ini. Padahal negara kita berlandaskan Pancasila yang mengedepankan kebinekaan.

Karena itu, pada masa-masa ini juga berkembang gerakan di masyarakat untuk mengembalikan arah dan dasar keluarga pada agama (religius). Karena agama dipandang sebagai benteng yang mampu menahan laju pengaruh dari luar dan menjaga agar perilaku orang dan anak kepada jalur yang benar. 

Pada masa ini kita bisa melihat banyaknya keluarga Indonesia yang menyekolahkan dan menitipkan anak-anak mereka ke pondok pesantren yang  juga punya kurikulum umum seperti layaknya sekolah di sekolah negeri atau swasta. Di pondok pesantren yang cukup bagus biasanya ajaran agama dan pengajaran umum berimbang, sehingga jika seseorang lulus darisana dia akan mengantongi ilmu agama dan ilmu pengetahuan.

Namun sayangnya ada beberapa kelompok masyarakat yang memanfaatkan kepercayaan orangtua terhadap ajaran agama untuk memberi pengajaran soal ideology transnasional yang berkedok agama. Biasanya yang diajarkan adalah Ajaran-ajaran radikal dengan memotong ajaran-ajaran yang sebenarnya sehingga seakan agama mengajarkan kekerasan, padahal  agama manapun di dunia tidak ada yang mengajarkan kekerasan pada sesama meski dia berbeda agama.

Visi sempat dalam melihat agama ini memang menjadi tantangan tersendiri dalam pengajaran agama di Indoensia dan banyak negara di dunia. Kita juga melihat beberapa negara maju seperti Inggris  dan beberapa negara di Eropa juga harus menghadapi hal serupa karena di sana ideology radikal  juga berkembang cukup pesat. Beberapa daerah di Australia juga ditemukan komunitas-komunitas radikal yang mengasingkan diri dari masyarakat setempat. Setelah ditelusuri, mereka banyak mengajarkan ideology radikal pada komunitas itu. Tentu saja hal ini tidak kita sukai dan sebaiknya memang kita hindari.

Karena itu kita memang senantiasa harus tetap waspada soal ideology radikal ini. Dia bisa masuk kemana saja, sejauh ada kesempatan. Masuk ke sekolah, masuk ke pengajian ibu-ibu, masuk ke pondok-pondok pesantren dan masuk ke keluarga tanpa kita sadari. Radikalisme harus dihindari oleh setiap keluarga Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun