Mohon tunggu...
Rita Kum
Rita Kum Mohon Tunggu... Pramusaji - Pramusaji

Perempuang yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Demokrasi Pancasila dan Kesatuan Visinya

21 September 2019   03:37 Diperbarui: 21 September 2019   03:40 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
the moon doggies.com

Banyak orang mengartikan demokrasi sebagai sesuatu yang 'pokoknya melawan'. Padahal tidak seperti itu. Demokrasi ada dan berkembang ketika kita dengan nyaman bisa mengeluarkan uneg-uneg kita ; mengkritisi berbagai persoalan. Bisa juga menyetujui sesuatu atau tidak menyetujui sesuatu. Semua bentuk aspirasi dan mampu dilontorkan oleh awam kepada pemerintah, itulah demokrasi.

Demokrasi yang berlaku pada negara kita adalah demokrasi Pancasila. Satu demokrasi yang berbasis Pancasila. Kita mungkin perlu mengingat kembali bunyi sila pertama sampai sila kelima mulai dari Ketuhanan yang maha Esa sampai pada sila Keadilan Sosial Bagi rakyat Indonesia.

Pancasila kita tahu adalah intisari nilai-nilai hidup dan kehidupan yang tumbuh di masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Masyarakat Indonesia begitu berwarna dan dinamis. Mulai dari keberadaan karena kelahirannya (suku, ras dan bahasa) maupun keyakinannya (agama). Keberagaman itu juga menyangkut ide-ide tetapi semua orang di Indonesia disatukan dengan landasan satu yaitu Pancasila dan cita-cita luhur bersama yaitu kesejahteraan sosial bagi rakyat Indonesia.

Dari banyak perbandingan demokrasi di dunia, kita bisa melihat demokrasi yang semu bahkan negara yang nyaris tanpa demorasi karena pemimpinnya bersifat otoriter. Kita bisa melihat beberapa negara yang punya pemimpin dengan kekuatan militer sebagai penopang, sehingga jika ada masyarakat yang berbeda atau melawan kebijakannya maka akan ditindak seperti criminal. 

Mungkin kita ingat zaman Soeharto yang begitu represif sehingga saat itu , meski Pancasila juga dipegang teguh tapi demokrasi nyaris tidak ada atau minim.

Setidaknya ada tiga aspek dalam demokrasi, yaitu aspek Kebebasan, Hak Asasi Manusia dan Partisipasi Kekuatan Sipil. Ketiganya bisa saja dalam skala berbeda setiap negara tetapi mereka tetap dalam koridor kebebasan berpendapat. Itu menimbulkan banyak konsekwensi karena pendapat itu bisa berbeda-beda dan masing-masing mempertahankan pendapatnya.

Demokrasi memang agak menghabiskan waktu dan tenaga untuk menyamakan visi dan persepsi. Tapi jika kita lakukan seperti para founding fathers yang melandasi semua idenya pada Pancasila, maka itu jadi keniscayaan. Karena persamaan visi itu bukan berarti semua harus seragam.

Kita lihat semisal Ir Soekarno yang merupakan seorang muslim. Tetap menjadi muslim meskipun dia dekat dengan kaum nasionalis yang bisa beragama berbeda dengannya. Malah warna berbeda itu bisa jadi kekuatan dahsyat untuk mencapai cita-cita bersama.  Karena itu, Pancasilalah menjadi pilihan terbaik dari bangsa Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun