Mohon tunggu...
Rita Sugiarto
Rita Sugiarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa

Berbisnis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mungkinkah Agama Menjadi Dasar Sistem Ekonomi dalam Ilmu Pengetahuan?

29 September 2022   07:42 Diperbarui: 29 September 2022   07:56 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pertanyaan ini sangat mendasar dan telah menjadi pertanyaan klasik dalam wacana perkembangan ilmu pengetahuan. Sejarah dunia telah menunjukan bahwa ilmu pengetahuan dan agama telah pernah berjalan beriringan, sebagaimana juga berjalan berlawanan. Namun demikian, masih terdapat pendapat yang meragukan atau bahkan menolak kemungkinan membangun ilmu pengetahuan di atas landasan agama.

Chapra (2001) memberikan penjelasan tentang alasan yang umum digunakan untuk menolak kemungkinan ilmu pengetahua dibangun di atas paradigma agama serta alasan bagi kemungkinannya. Hal pertama yang dijadikan alasan ketidak mungkinan penyatuan ilmu pengetahuan dan agama adalah karena keduanya berada pada tingkat kenyataan yang sama sekali berbeda. 

Ilmu pengetahuan berkaitan dengan alam raya secara fisik yang dapat dikenali oleh pancaindera, sedangkan agama cakupannya lebih luas.

Agama mencakup tingkat kenyataan yang lebih tinggi, bersifat transendental, dan melebihi jangkauan panca indera, termasuk aspek kehidupan setelah kematian (akhirat). Hal kedua adalah sumber acuan agama dan ilmu pengetahuan adalah berbeda. Ilmu.pengetahuan bertumpu kepada akal sementara agama bersumber dari wahyu Tuhan. 

Dengan menggunakan berbagai metodenya kemudian disebut metode ilmiah) ilmu pengetahuan berusaha untuk mendiskripsikan, menganalisis, dan kemudian memprediksi fakta-fakta empiris untuk berbagai kepentingan kehidupan manusia. Di sini terkandung sebuah asumsi implisit bahwa manusia mengetahui dengan pasti atas seluruh aspek kehidupannya sehinggaa dapat memutuskan sendiri apa yang terbaik baginya. 

Sementara, dengan mendasarkan atas wahyu Tuhan dan segala derivasi sumber kebenaran darinya agama juga berusaha untuk mendeskripsikan, menganalisis, dan memprediksi berbagai peristiwa dalam kehidupan manusia. Di sini terkandung asumsi implisit bahwa hanya Tuhanlah yang mengetahui segala kebenaran dengan sebenar-benarnya kebenaran, sedangkan manusia hanya memiliki pengetahuan yang sedikit.

Kemungkinan ilmu pengetahuan dibangun atas dasar agama dijelaskan oleh Kahf (1992). Cakupan ilmu pengetahuan dan agama adalah saling bertemu, dan karenanya keduanya dapat terjalin suatu hubungan yang erat. Hal ini sangat dimungkinkan ketika agama didefinisikan sebagai seperangkat kepercayaan dan aturan yang pasti untuk membimbing manusia dalam tindakannya terhadap Tuhan orang lain dan terhadap diri sendiri. 

Ilmu ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai kajian tentang perilaku manusi adalam hubungannya dengan pemanfaatan sumber daya ekonomi untuk memproduksi barang dan jasa serta mendistribusikannya untuk dikonsumsi. Dengan definisi seperti ini maka ilmu ekonomi dapat dicakup oleh agama, sebab ia merupakan salah satu bentuk perilaku kehidupan manusia.

Keterkaitan agama dan ilmu ini juga dapat dikaji dengan melihat kaitan antara wahyu {revelation) dan akal (reason). 

Menurut AbuSulaiman, pemahaman seorang Muslim terhadap keterkaitan wahyu dan akal bersumber pada ontologi Islam. Allah telah menganugerahkan manusia dengan akal yang merupakan alat untuk memahami dunia di mana ia berada, untuk meggunakannya bagi pemenuhan segala kebutuhan, dan untuk mendukung posisinya sebagai khalifah Allah di bumi.

Sementara itu, wahyu merupakan sarana untuk menuntun manusia terhadap segala pengetahuan tentang tujuan hidupnya, untuk memberitahu segala tanggung jawabnya dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya. Wahyu memberi informasi kepada manusia tentang berbagai konsep metafisik, tentang hubungan berbagai hal dalam alam semesta hingga tentang kompleksitas manusia dan interaksi sosialnya. 

Dengan demikian, sebenarnya antara akal dan wahyu saling melengkapi satu sama lain {complementary) dan sangat berguna bagi kehidupan manusia. Jadi, ilmu pengetahuan dan agama juga saling melengkapi dalam membangun suatu kehidupan yang baik{hayyah thayyibah) bagi manusia dan seluruh kehidupan.

Secara teoretis kebenaran yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan dapat saja sama atau berbeda dengan yang dihasilkan oleh agama sebagaimana secara empiris telah terbukti dalam sejarah Konflik akan terjadi apabila pendekatan agama tidak dapat diterima oleh akal manusia sehingga tidak diterima pula oleh ilmu pengetahuan. 

Konflik juga akan terjadi apabila ilmu pengetahuan mencoba untuk memasuki wilayah yang secara metodologis tidak dapat dicakup oleh ilmu pengetahuan. 

Sejarah dialektika ilmu pengetahuan dan agama ini dengan mudah didapati dalam dunia Barat maupun Timur (Islam) sejak berabad-abad lalu dan berlanjut hingga kini Sejarah pula yang telah membuktikan bahwa antara keduanya tidak harus  terjadi konflik yang melahirkan dikotomisasi rigid antara ilmupengetahuan dan agama, tetapi saling mengisi satu sama lainnya.

Pada masa teaman/golden age (abad 7-13 M) di dunia Islam agama dan ilmu pengetahuan pernah menyatu dalam membentuk satu peradaban yang menakjubkan, serta saling menguat satu sama lain. 

Selama kurun waktu tersebut paradaban Islam menyinari dunia, termasuk dunia Barat. Konsep integrasi agama dan ilmu pengetahuan inilah yang dalam masa sekarang dijadikan sebagai paradigm pengembangan ilmu pengetahuan yang Islami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun