Tidak Semua Harus Cuan: Passion vs Uang, Pilih Mana?
Zaman sekarang, semua hal rasanya bisa dijadikan cuan. Membuat konten, memasak, bermain game, bahkan curhat pun bisa dimonetisasi. Tetapi di balik semangat "semua bisa jadi uang", muncul pertanyaan yang cukup dalam: kalau sesuatu itu disukai, harus selalu dijadikan sumber penghasilan?
Antara Hobi dan Tuntutan Finansial
Banyak yang memulai sesuatu karena suka. Ada yang senang menggambar, menulis, bermusik, atau membuat video. Awalnya dilakukan dengan hati senang, tapi lama-lama ada tekanan:
> "Sayang banget kalau nggak dimonetisasi."
"Kan bisa jadi side job."
Padahal, begitu sesuatu yang disukai mulai dikejar untuk "menghasilkan", rasanya bisa berubah. Aktivitas yang awalnya bikin rileks, justru malah terasa seperti beban.
Uang Itu Penting, Tapi...
Tidak bisa dipungkiri, kebutuhan finansial itu nyata. Ingin mandiri secara ekonomi, membantu keluarga, atau punya tabungan untuk masa depan, itu hal yang wajar. Tetapi ketika semua hal diukur dari seberapa besar penghasilan yang bisa dihasilkan, kadang justru passion yang dikorbankan diam-diam.
Contoh Nyata: Jerome Polin dan Passion yang Dibawa Santai
Salah satu contoh nyata anak muda yang berhasil menyeimbangkan passion dan penghasilan adalah Jerome Polin. Ia mulai dikenal lewat channel YouTube "Nihongo Mantappu" yang awalnya berisi konten belajar matematika dan kehidupan di Jepang. Bukan demi viral atau mencari uang, tapi karena memang suka berbagi ilmu dan cerita.
Seiring waktu, kontennya berkembang, penonton bertambah, dan akhirnya channel-nya pun menghasilkan. Tetapi menariknya, Jerome tetap menjaga tujuan awalnya: membuat konten yang ia suka dan ia percaya bisa berdampak positif.