Mohon tunggu...
Risyad Sadzikri
Risyad Sadzikri Mohon Tunggu... Pelajar -

Sekadar pelajar biasa yang masih dan akan terus belajar kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Realita dan Full Day School Sebagai Siswa

14 Juni 2017   09:25 Diperbarui: 14 Juni 2017   15:41 4617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebijakan Full Day School yang dicanangkan Mendikbud Muhajir Effendi menimbulkan pro dan kontra karena, meskipun mengurangi hari efektif belajar dan menambah materi pembelajaran dalam satu hari untuk meningkatkan mutu akademik siswa, hal ini dianggap memeras tenaga siswa karena harus pulang lebih lama dari biasanya dan terkait dengan kemampuan mengajar guru juga. Karena itu mungkin saya akan utarakan realita yang ada di lingkungan kita.

Catatan: realita yang saya utarakan adalah realita untuk sekolah menengah

Saya bersekolah di sekolah swasta yang sudah menerapkan sistem full day school sejak awal. Kami masuk sekolah jam 07.00 dan pulang pada jam 15.00, belum ditambah dengan ekstrakurikuler yang membuat kami harus pulang jam 17.00. Sekilas mungkin ini terlihat berat pada awalnya, namun semakin lama maka akan semakin terbiasa seperti sifat makhluk hidup yaitu adaptasi (adaptasi setiap orang mungkin berbeda). Namun, meskipun sudah terbiasa dengan sistem tersebut, tetap saja masih ada kendala dan risiko akademik yang sama. Kendala dan risiko itu dapat dilihat sbb:

1. Siswa datang ke sekolah hanya untuk bertemu teman dan tanpa semangat belajar

Inilah momok utama pelajar saat ini, terutama pelajar sekolah menengah. Mengapa? karena mereka berniat ke sekolah hanya untuk menemukan pergaulan semata, berkumpul dengan geng masing-masing, dll. sementara akademik mereka dikesampingkan. Masalah ini muncul karena siswa sering melihat sekolah hanya sebagai kewajiban semata dan bukan untuk menuntut ilmu. Sering kita lihat laki-laki atau perempuan berkumpul bersama geng mereka untuk bersosialisasi dengan cara mereka sendiri yang terlihat lebih ekstrem dengan sosialisasi siswa lainnya. Cara sosialisasi ini apabila tidak dapat dikondisikan dengan baik akan menimbulkan rasa kesombongan sehingga mereka tidak lagi peduli dengan guru ataupun peringatan lainnya. Contoh yang paling mudah adalah apabila geng-geng sedang berisik di kelas dan tidak peduli akan peringatan guru. Siswa yang stres akibat harus pulang lebih lama sama menderitanya dengan siswa yang stres akibat kelasnya berisik.

2. Beban psikologis tenaga didik

Ketidaknyamanan kelas akibat sifat yang sudah disebutkan di no. 1, seperti ribut, berisik, gaduh, membuat tenaga didik akan mengalami stres dan frustasi apabila tidak cukup sabar, belum ditambah dengan stres dan frustasi akibat faktor lainnya. Beban psikologis ini, jika tidak segera ditangani dengan baik, akan berubah menjadi keengganan tenaga didik untuk mengajar. Ini adalah ujian bagi tenaga didik, apabila tenaga didik cukup kuat untuk menangani hal ini maka ia akan selamat, dan ada tenaga didik lainnya yang tidak mau mengajar karena merasa tidak diperhatikan muridnya ketika mengajar. (meskipun ada tenaga didik yang tidak mengajar dan hanya makan gaji buta, hal ini juga harus diperhatikan)

3. Terhambatnya materi belajar

Meskipun salah satu tujuan dari full day school adalah meningkatkan mutu akademik, namun apabila poin 1 dan 2 telah terjadi maka risikonya adalah terhambatnya materi belajar. Risiko ini sangat krusial karena dapat menyebabkan turunnya mutu akademik sekalipun dalam full day school. Sebagai contoh, karena murid tidak kooperatif dan tenaga didik enggan mengajar, maka pelajaran yang seharusnya sudah selesai 4 bab dalam 1 semester hanya terselesaikan 3 bab. Akibat materi yang berkurang, maka mutu akademik akan turun.

4. Apakah siswa benar-benar pulang ke rumah?

Tujuan dari full day school adalah mengisi waktu siswa saat sore hari ketika tidak ada orang tua di rumah, namun kita tidak bisa menjamin kemana siswa tersebut akan pergi setelah jam sekolah. Mungkin ada anak yang akan langsung pulang, namun ada juga yang tidak pulang hingga malam untuk berbagai macam kegiatan. Kita tidak bisa menjamin apa yang mereka lakukan itu adalah hal-hal yang positif, karena tidak jarang juga siswa pergi merokok, minum, atau berpacaran hingga larut malam(sepertinya manfaat ini lebih cocok untuk siswa sekolah dasar)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun