Saya pun menghampiri si mamang bakso dan membelinya. Kemudian saya pun bertanya kepada si mamang bakso itu kenapa ko berhenti disini tidak keliling ke arah depan mang?.
Lalu si mamang menjawab, "kalo ke arah depan nanti melewati penjual bakso yang lain neng, jadi gak enak suka di cemberutin".
"Oh begitu ya mang" jawab saya. Si mamang bakso kemudian nyaut lagi dan beliau mengatakan bahwa penjual bakso yang tidak pernah cemberut kepadanya adalah si bapak bakso.
Si mamang bakso juga mengatakan kalau si bapak itu ramah sekali, jika ia lewat pun si bapak tersenyum dan menyapanya seolah tak takut tersaingi oleh penjual bakso lain.
Si bapak memang berbeda dengan penjual bakso yang lain, alih-alih cemberut dan takut tersaingi justru ia malah tersenyum dan menyapa si mamang bakso kalau lewat di depan gerobak baksonya.
Sikap si bapak itu malah membuat si mamang bakso malah malu dan enggan lagi untuk lewat depan gerobak baksonya.
Beberapa hari kemudian si bapak jualan lagi, saya pun membelinya.
"Seperti biasa bakso cincang, bihun toge sayur pak", Ucap saya. Kemudian si bapak jawab "siap neng, nanti bumbuin sendiri ya kayak biasa", saya jawab "ok pak".
Sambil si bapak menyiapkan bakso, saya bertanya ke si bapak mengapa sudah hampir seminggu lebih tidak jualan. Ternyata beliau tidak jualan karena pulang kampung ke Jawa.
Lalu saya bertanya ke si bapak. "Pak, kan disini ada beberapa penjual bakso. Bapak tidak takut tersaingi kah?. Si bapak pun menjawab," ah enggak neng, rejeki kan sudah ada yang ngatur dan selama ini alhamdulilah masih banyak yang beli ke bapak,".
Ia juga sih benar apa yang dikatakan si bapak, memang ada beberapa penjual bakso lain tapi yang ramai ya si bapak ini karena memang rasanya enak.
Si bapak menjawab pertanyaan saya sambil tersenyum pun saya bertanya ke si bapak sambil guyonan alias bercanda. Karna saya sering beli dan sudah kenal dengan si bapak jadi berani bertanya demikian.
