Mohon tunggu...
Aristia PM
Aristia PM Mohon Tunggu... Guru - Hanya seorang guru yang belajar nulis

Skenario terbaik berasal dari takdir Sang Pencipta

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Tidak Bisa Membuat Karangan? Tak Perlu Dipaksa

14 Januari 2019   21:33 Diperbarui: 14 Januari 2019   21:58 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam pelajaran Bahasa Indonesia, ada kalanya anak belajar tentang membuat karangan. Misal, anak diminta membuat prosa, puisi, atau pantun. Tak jarang beberapa anak merasa kesulitan membuat karangan. Bahkan, setelah mereka sudah bukan anak-anak lagi, tugas mengarang seakan menjadi kenangan masa sekolah yang buruk dan tidak ingin diulang lagi.

"Aku paling ga suka pelajaran mengarang!"
"Sewaktu aku sekolah dulu, paling ga bisa kalau disuruh ngarang."
Dan tanggapan lain yang semisal itu.

Bagi anak-anak usia sekolah dasar, cara berpikir mereka biasanya masih konkret. Anak merasa kesulitan membuat karangan karena bisa jadi tema yang ditentukan belum pernah mereka alami. Atau mereka belum pernah membaca tema serupa dalam karangan lain. Akibatnya sulit memunculkan ide untuk memulai sebuah karangan.  

Jangankan untuk membuat karangan berdasarkan tema yang ditentukan. Beberapa anak ada yang mengalami kesulitan menceritakan sebuah gambar secara verbal. Misal, ditunjukkan foto nelayan yang sedang menebar jala di laut. 

Anak yang daya imajinasinya tinggi, dapat dengan mudah menceritakan foto tersebut walaupun dia belum pernah mengalaminya secara langsung. Tapi anak yang kemampuan verbalnya kurang, akan kesulitan menceritakan gambar yang belum pernah dia alami.

Maka, untuk menyiasatinya, pengajar dapat memberikan tugas mengarang yang pernah dialami anak. Misal, anak ditanya, apakah dia pernah pergi ke laut? Jika pernah, apa yang dilakukan ketika kendaraan masuk area parkir pantai? Lalu apa yang dilakukan? Lalu apalagi? Hal unik apa yang ditemukan selama di pantai? Dan seterusnya. Setelah anak mampu mengungkapkannya secara verbal, anak bisa mulai dibantu untuk menuangkan pengalamannya dalam bentuk tulisan.

Jika anak belum pernah pergi ke tempat yang dimaksud, pengajar bisa memancingnya dengan tempat lain atau kejadian yang paling mengesankan bagi anak.

Untuk memberikan pengalaman yang konkret, bisa juga dilakukan dengan pendekatan praktikum atau dengan studi literasi. Pengajar dapat memilah mana pengalaman yang bisa didapat melalui praktiku dan mana yang cukup dengan studi literasi. 

Untuk studi literasi, semakin anak rajin membaca, semakin banyak kosakata yang terekam. Dan secara tidak langsung akan memberikan pengalaman tersendiri bagi anak, walau belum pernah mengalaminya.

Tak perlu dibatasi apa yang ingin dibaca anak. Anak boleh membaca cerita sejarah, ensiklopedia, komik, sains dan pengetahuan, koran, majalah, bahkan artikel internet. Anak hanya perlu diawasi agar tidak membaca hal yang tidak sepatutnya dibaca. 

Bukan hanya menyuruh anak membaca, orang tua atau pengajar juga bisa membantu memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk membantu anak memahami apa yang sudah ia baca. Anak juga bisa diminta untuk menceritakan kembali apa yang dibaca dengan bahasa sendiri atau menuangkannya melalui puisi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun