Mohon tunggu...
Rista Febriana
Rista Febriana Mohon Tunggu... Mahasiswa Sosiologi S1

Saya seorang mahasiswa aktif sosiologi yang memiliki hobi membaca dan menyukai dunia masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Kebijakan Stunting di Indonesia: Membangun Generasi Unggul

3 April 2024   00:32 Diperbarui: 3 April 2024   00:36 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Stunting atau yang dikenal sebagai pertumbuhan terhambat pada anak merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius di Indonesia. Menurut data yang di dapat dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia memiliki tingkat stunting yang cukup tinggi, dengan jumlah anak yang mengalami stunting mencapai sekitar 30%. Kondisi ini cukup menimbulkan berbagai dampak negatif, baik secara fisik maupun mental, yang dapat menghambat perkembangan optimal anak serta berpotensi mempengaruhi produktivitas dan kualitas sumber daya manusia di masa depan.

Stunting juga diartikan sebagai kondisi dimana seorang anak memiliki tinggi badan lebih rendah dari rata-rata usianya. Hal ini disebabkan oleh kekurangan gizi kronis pada masa pertumbuhan awal. Data dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Indonesia masih cukup tinggi, terutama di daerah-daerah pedesaan dan perkotaan yang miskin. Faktor-faktor penyebab stunting antara lain rendahnya status sosial ekonomi, akses terhadap gizi yang buruk, pola asuh yang tidak tepat, dan sanitasi yang tidak memadai.

Dalam menghadapi tantangan stunting, pemerintah Indonesia telah mengimplementasikan berbagai kebijakan dan program untuk menangani masalah tersebut. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam permasalahan ini yakni melalui pemberdayaan masyarakat melalui penyuluhan partisipatif. Pada pendekatan ini menekankan pentingnya melibatkan masyarakat untuk secara aktif dalam proses perubahan untuk mencapai hasil yang berkelanjutan. Dengan melibatkan masyarakat dalam hal upaya pencegahan stunting, diharapkan dapat terciptanya kesadaran, pemahaman, dan perilaku yang mendukung pertumbuhan optimal anak. 

Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan berbagai kebijakan dan program untuk mengatasi masalah stunting pada anak. Salah satu kebijakan utama adalah Program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga (PIS-PK), yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak, termasuk pencegahan stunting. Program ini mencakup pelayanan antenatal, persalinan, neonatal dan pemberian makanan tambahan bagi anak. Selain itu, pemerintah juga meluncurkan Program Indonesia Pintar (PIP) yang menyediakan bantuan finansial bagi anak sekolah dari keluarga miskin. PIP juga memberikan bantuan gizi kepada siswa siswi yang teridentifikasi mengalami stunting.

Dalam permasalahan ini, pemberdayaan masyarakat memiliki peran sebagai penanggulangan stunting, pemberdayaan masyarakat ini merupakan strategi penting dalam penanggulangan stunting karena hal ini mendorong partisipasi aktif dari individu, keluarga, dan komunitas dalam mengindentifikasi, memahami, dan menyelesaikan masalah kesehatan tersebut. Melalui pendekatan ini, masyarakat diarahkan untuk menjadi suatu agen perubahan dalam meningkatkan kualitas hidup mereka sendiri, termasuk dalam hal gizi dan kesehatan anak.

Partisipasi masyarakat dalam upaya penanggulangan stunting dapat dilakukan melalui penyuluhan pasrtisipatif. Penyuluhan ini melibatkan berbagai pihak, termasuk petugas kesehatan, toko masyarakat, serta kelompok-kelompok ibu dan anak di tingkat lokal. Dengan melibatkan mereka secara aktif dalam proses penyuluhan, diharapkan akan terciptanya pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya gizi seimbang bagi pertumbuhan anak. 

Penyuluhan partisipatif didasarkan pada prinsip-prinsip demokratis, kesetaraan, dan keadilan. Proses penyuluhan melibatkan diskusi terbuka, pertukaran pengalaman, serta pemberian informasi yang relevan dan dapat dipahami oleh masyarakat. Selain itu, penyuluhan juga harus bersifat interaktif dan melibatkan partisipasi aktif dari peserta, bukan sekadar penyampaian informasi dari pihak penyuluhan. Metode penyuluhan partisipatif dapat beragam, mulai dari pertemuan kelompok kecil, lokakarya, hingga kegiatan komunitas seperti posyandu atau kelompok ibu-ibu. Melalui pendekatan ini, masyarakat diajak untuk berperan aktif dalam mengidentifikasi masalah, mencari solusi bersama, serta mengimplementasikan tindakan yang tepat untuk meningkatkan gizi dan kesehatan anak.

Selain itu, terdapat tantangan dalam Implementasi Penyuluhan Partisipatif untuk Penanggulangan Stunting. Meskipun pendekatan penyuluhan partisipatif memiliki potensi besar dalam penanggulangan stunting, namun implementasinya tidaklah tanpa tantangan. Salah satu tantangan utama adalah rendahnya tingkat literasi dan pemahaman tentang gizi dan kesehatan di beberapa wilayah, terutama di pedesaan dan daerah terpencil. Hal ini memerlukan pendekatan yang lebih terarah dan bersifat inklusif untuk memastikan bahwa semua lapisan masyarakat dapat mengakses informasi dan layanan yang diperlukan.

keterlibatan aktif dari semua pihak, termasuk pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan sektor swasta, juga diperlukan untuk mendukung keberhasilan penyuluhan partisipatif. Koordinasi yang baik antara berbagai pihak serta alokasi sumber daya yang memadai juga menjadi faktor penentu dalam keberhasilan implementasi program.

Adapun manfaat dan dampak positif dari penyuluhan partisipatif, Penyuluhan partisipatif memiliki berbagai manfaat dan dampak positif dalam upaya penanggulangan stunting. Pertama, melalui proses penyuluhan, masyarakat dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang pentingnya gizi seimbang bagi pertumbuhan anak. Hal ini dapat memotivasi mereka untuk mengadopsi pola makan yang lebih sehat dan memberikan perhatian yang lebih besar terhadap gizi anak-anak mereka. Kedua, melalui partisipasi aktif dalam kegiatan penyuluhan, masyarakat juga dapat mengembangkan keterampilan dan pengetahuan baru yang dapat mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, mereka dapat belajar cara memasak makanan bergizi, mengatur pola makan yang seimbang, serta mengenali tanda-tanda pertumbuhan terhambat pada anak.

Hal ini dapat membangun upaya generasi unggul. Untuk membangun generasi unggul di masa depan, diperlukan upaya yang terintegrasi dan komprehensif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Beberapa langkah yang dapat diambil antara lain adalah peningkatan akses terhadap layanan kesehatan dan pendidikan, peningkatan ketersediaan pangan bergizi, peningkatan kualitas sanitasi dan air bersih, serta peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya gizi yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun