Mohon tunggu...
Risna Suci Muryanti
Risna Suci Muryanti Mohon Tunggu... Editor - Cipatat, Bandung, Indonesia

Be Yourself

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel | Cinta Pelangi

27 Februari 2020   11:58 Diperbarui: 27 Februari 2020   11:59 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Claudia memang gadis yang sangat cantik, Mamanya dari Jawa Barat sedangkan Papanya berasal dari Belanda. Banyak pria yang jatuh cinta pada pesona kecantikan nya, tapi aku tak pernah bermimpi bisa bersanding dengannya.

Namaku Dendi, aku hanya anak dari keluarga yang sangat sederhana, itulah yang membuat diriku tak seperti teman-teman lain nya. Aku cukup tau diri, tujuan utama ku adalah sekolah dengan baik, rajin belajar agar bisa mencapai cita-citla dan membanggakan kedua orang tua.

Kini aku duduk di bangku SMA kelas 12, sebentar lagi aku akan menghadapi Ujian Nasional. Aku berharap bisa lulus dengan nilai yang baik dan melanjutkan ke perguruan tinggi. Tapi entah, bila melihat ekonomi keluargaku, rasanya cukup berat.

Ayahku hanya seorang pegawai rendahan di sebuah perusahaan swasta di Jakarta. Untuk menyekolahkan aku dan adikku pun ayah terlihat kerepotan. Penghasilan ayahku memang tak seberapa, tapi ayah ingin aku terus melanjutkan studyku. Aku tak ingin mengecewakan ayah, jadi aku tak ingin berpikir kearah hal lain, tapi entah mengapa akhir-akhir ini bayang wajah Claudia selalu menghampiri di setiap malam-malamku. 

Aku sudah berusaha dengan sekuat tenaga untuk menepisnya, tapi semakin aku berusaha melupakan, banyangan itu semakin menghantuiku. Beberapa hari lagi Claudia akan merayakan hari jadinya yang ke-17, sernua teman sekelas di undang, tak terkecuali dengan aku. Mungkin aku tak akan datang, lagi pula aku bukanlah siapa-siapa, tak penting juga kehadiran ku disana.

Pukul 15:30, bel berbunyi, itu tanda nya jam pelajaran telah selesai. Sekolah memang menerapkan fullday, jadi kami baru bisa pulang setelah pukul 15:30. Awalnya memang berat, tapi lama-lama kami jadi terbiasa juga. Aku berjalan kearah gerbang sekolah, hari ini aku tak mengendari sepeda motorku. Maklum, motor ku adalah motor tua, tadi pagi saat aku berusaha untuk menghidupkan nya, motorku mogok, sepertinya ada kerusakan mesin yang cukup serius.

Aku melangkah dengan gontal, aku ingin membawa sepeda motorku ke bengkel, tapi aku juga tak mau menyusahkan ayahku. Kasihan ayah bila ia harus mengeluarkan uang lagi, sedangkan kebutuhan yang lain masih banyak. Tiba di rumah, ibu langsung menyuruhku berganti baju lalu makan. "Den., motor kamu gak kamu bawa ke bengkel.?", tanya ibu padaku. "nanti saja bu., kasihan ayah., biar aku sementara kesekolah jalan kaki saja", jawab ku. Hari mulai malam, saat aku sedang belajar di kamar, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar. Ternyata itu adalah suara ayah. Aku kemudian membuka pintu kamar ku.

"Den.. kata Ibu motor kamu rusak.?"

"lya yah., tail gak apa apa, aku bisa jalan kaki", jawab ku pada ayah.

"kamu bawa ke bengkel saja, biar nanti ayah cari uang nya, kamu tenang aja", ujar ayah padaku.

Ayah begitu baik padaku, beliau adalah sosok yang sangat bertanggung jawab. Ayah selalu berusaha membahagiakan kami, aku sangat beruntung mempunyai sosok ayah seperti beliau, walaupun kami bukan orang kaya, tapi kami merasa sangat bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun