Tubuh kita sebagian besar terdiri dari air. Kita butuh cairan untuk tubuh kita, dan juga butuh air untuk kebutuhan sehari-hari terutama cuci tangan dengan sabun di masa pandemi ini.Â
Bumi ini sebagian besar terdiri dari air. Air merupakan sumber daya yang bisa diperbaharui. Air mempunyai siklus dan dalam siklusnya berubah wujud sebelum kembali lagi menjadi air. Air seharusnya tidak pernah habis, tapi ada kalanya air bersih tidak mengalir ke rumah kita karena faktor kekeringan/ kemarau panjang dan juga karena airnya masih di jalan dalam bentuk lain dan belum turun menjadi hujan.
Beberapa hari lalu, saya membaca berita kalau di Thailand secara umum mulai kekeringan. Persediaan air di Chiang Mai juga sudah mulai sedikit stok airnya dan dianjurkan untuk mulai menghemat pemakaian air di rumah-rumah. Walaupun di bulan April tidak ada kegiatan main air karena Songkran dibatalkan, ternyata tidak membuat persediaan air di kota ini cukup banyak sampai musim hujan nanti.
Kabarnya, Cina yang membendung sungai Mekong juga menjadi salah satu penyebab kurangnya air di Thailand. Jadi memang, air itu bisa diperbaharui, tidak akan habis, tapi bisa saja dikuasai atau ditimbun sendiri di satu lokasi.
Memang musim panas dan di rumah saja begini, kemungkinan hiburan anak-anak di rumah itu ya main air. Kebanyakan mainan anak di musim panas begini itu kolam kecil berisi air buat anak main air. Kalau saja tidak ada pandemi, saya yakin kolam renang juga penuh. Dengan semua orang di rumah saja, otomatis konsumsi air di rumah-rumah juga lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya. Sebelum baca berita ini, anak saya setiap mandi sambil main air hampir setiap hari. Tanaman juga perlu disiram supaya tidak kering dan mati.
Kemarin siang, baru saja saya berencana untuk menyimpan cadangan air di rumah, ternyata saya dapat laporan kalau air dari PAM tidak mengalir, dan tank penyimpanan air di rumah juga sudah habis untuk mencuci baju. Untungnya kami semua sudah mandi dari pagi walau di rumah saja.
Setiap kali air tidak mengalir, rasanya gelisah luar biasa. Perasaan tadinya tidak ada apa-apa jadi malah terdorong panggilan alam. Aduh bagaimana ini kalau air tidak mengalir? Gimana caranya saya cuci tangan dengan sabun kalau tidak ada air? Anak saya juga ikutan gelisah dan tiba-tiba jadi berkali-kali ke kamar mandi.
Untungnya, saya punya persediaan galon air minuman. Akhirnya saya peringatkan anak saya untuk menghemat pemakaian air sampai air mengalir lagi. Biasanya di Chiang Mai, kalau ada pemutusan aliran air akan ada pengumuman terlebih dahulu, tapi berhentinya aliran air tanpa pengumuman setelah membaca persediaan air di kota Chiang Mai dibawah 25 persen membuat saya berpikir apa jangan-jangan air akan mati sampai turun hujan?
Untungnya, tidak sampai jam 4 sore, air sudah mengalir lagi. Bahagia sekali hati ini walau air yang mengalir itu berwarna kekuningan dan tidak jernih. Memang hampir selalu begini, setelah air berhenti mengalir beberapa waktu, maka air yang datang pastilah tidak bersih. Tapi sekali ini masih agak mendingan, hanya kekuningan dan tidak disertai endapan lumpur.