Menjadi tenaga kesehatan bukanlah suatu hal yang mudah. Tenaga kesehatan merupakan individu yang berperan dalam memberikan perawatan dan layanan kepada orang yang sakit atau mengalami gangguan kesehatan, baik secara langsung seperti dokter dan perawat, maupun tidak langsung seperti asisten, teknisi laboratorium, atau bahkan pengelola limbah medis. Tenaga kesehatan seringkali memiliki risiko yang tinggi terhadap penyakit dan kecelakaan kerja. Hal ini lantaran tenaga kesehatan berhadapan langsung dengan potensi kesalahan medis yang dapat membahayakan pasien dan dirinya sendiri. Maka dari itu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangat penting untuk diterapkan di fasilitas kesehatan.
Keberhasilan K3 tidak hanya ditentukan dari ketersediaan alat pelindung diri atau prosedur kerja yang tepat. Namun, komunikasi yang efektif juga berperan penting untuk menurunkan angka kecelakaan kerja hingga tercapainya zero accident. Komunikasi berperan untuk memastikan setiap informasi dapat tersampaikan dengan jelas dan akurat. Tanpa adanya komunikasi yang baik, instruksi kerja dapat disalahpahami, koordinasi tim terhambat, dan potensi kesalahan medis semakin besar. Sebaliknya, komunikasi terarah akan memperkuat kerja sama antar tenaga kesehatan dan membangun kepercayaan pasien terhadap layanan yang diberikan.
Komunikasi dalam pelayanan kesehatan
Dalam konteks pelayanan kesehatan, komunikasi terbagi menjadi dua, yaitu komunikasi efektif dan komunikasi terapeutik. Komunikasi efektif bertujuan untuk memfasilitasi pemahaman pesan yang disampaikan oleh pengirim kepada penerima sehingga dapat memberikan umpan balik yang seimbang. Komunikasi dibutuhkan di dunia kesehatan dalam meningkatkan pelayanan guna membentuk citra dan reputasi. Dalam praktiknya, berkomunikasi tidak sebatas interaksi antar tenaga kesehatan saja, tetapi juga dengan pasien dan keluarga pasien. Dengan adanya komunikasi yang efektif, lingkungan kerja yang sehat akan tercipta.
Komunikasi terapeutik dapat diartikan sebagai komunikasi pasien dengan tenaga kesehatan menggunakan metode verbal dan non-verbal. Komunikasi terapeutik bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan pasien melalui pendekatan empati. Ada beberapa hal yang harus dipahami, seperti nada bicara, tata bahasa, ekspresi wajah, dan pesan yang disampaikan harus disesuaikan karena komunikasi tidak sekadar berbicara dan menyampaikan pesan. Sejatinya, komunikasi efektif dan komunikasi terapeutik berkaitan erat di pelayanan kesehatan. Komunikasi dapat menghasilkan output yang diharapkan dan berjalan dengan baik ketika tenaga kesehatan memahami dan menguasai komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik sangat penting guna memberikan afeksi yang dapat memotivasi pasien untuk sembuh.
Metode komunikasi SBAR
Salah satu cara yang mendukung hal ini adalah penerapan metode SBAR (Situation-Background-Assessment-Recommendation), yaitu metode komunikasi terstruktur yang dirancang untuk menyampaikan informasi secara efektif sehingga mengurangi kesalahan yang disebabkan oleh komunikasi. Strategi komunikasi ini dirancang untuk meningkatkan komunikasi antara petugas kesehatan dalam situasi klinis, seperti dari perawat ke dokter, dari dokter ke dokter, dari mahasiswa perawat ke perawat senior, dll. (Sheehan et al., 2021). Metode ini dibuat untuk menyampaikan kekhawatiran mengenai kondisi pasien secara ringkas dan jelas, baik terkait hasil pemeriksaan maupun rekomendasi terapi atau intervensi. Intinya, metode ini berfungsi sebagai sarana komunikasi yang jelas, efektif, dan efisien. SBAR merupakan singkatan dari:
S (Situation): Situasi, memberikan gambaran singkat atau inti masalah mengenai kondisi pasien.
B (Background: Latar belakang, meliputi riwayat penyakit, alergi, tanda-tanda vital, atau data yang mendukung kondisi pasien saat ini.
A (Assessment): Penilaian, memuat hasil analisis pasien dan kemungkinan masalah yang muncul.
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!