Mohon tunggu...
Rismayu Zulima Yaffa
Rismayu Zulima Yaffa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Brawijaya

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Mahasiswa dalam Menyongsong SDGs Melalui Gerakan Biasa Membaca untuk Mewujudkan Pendidikan Bermutu

16 Desember 2021   22:28 Diperbarui: 16 Desember 2021   22:31 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Buta Aksara, bagaikan penyakit kronis tengah dialami oleh beberapa masyarakat Indonesia hingga saat ini. Buta aksara adalah orang yang tidak memiliki kemampuan membaca, menulis dan berhitung serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Maf'Ullah, 2013:3). Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, persentase dan jumlah penduduk buta aksara di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 1,71 persen atau 2.961.060 orang dari total jumlah penduduk. 

Jumlah ini mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan tahun 2019, yakni sebanyak 1,78 persen atau 3.081.136 orang. Meski mengalami penurunan, bukan hal yang mustahil bahwa peningkatan persentase buta aksara dapat terjadi kembali. 

Hal ini sangat memprihatikan mengingat pentingnya pendidikan bagi seorang manusia. Pendidikan juga merupakan sumber kemajuan suatu bangsa, karena kualitas sumber daya manusia dapat ditingkatkan melalui pendidikan.

Sumber daya manusia adalah aset utama dalam membangun dan memajukan suatu bangsa atau negara. Disinilah peran mahasiswa dibutuhkan karena mahasiswa adalah insan akademis dan juga sebagai makhluk sosial. 

Ada dua peran mahasiswa dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu melalui gerakan kebiasaan membaca yaitu: (1) berperan sebagai penyelenggara perpustakaan berjalan guna memberikan layanan pendidikan terutama bagi yang tidak mampu membeli buku dan kekurangan media untuk belajar; (2) sebagai motivator pentingnya melek aksara guna mewujudkan gerakan kebiasaan membaca.

Buta aksara adalah orang yang tidak memiliki kemampuan membaca, menulis dan berhitung serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Maf'Ullah, 2013:3). Sebanyak 2.961.060 orang dari total jumlah penduduk Indonesia mengalami buta aksara berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020. Ada beberapa faktor penyebab seseorang buta aksara yaitu:

1. Kemiskinan

2. Ekonomi

3. Putus sekolah

4. Kondisi sosial masyarakat

Tujuan 4 SDGs adalah menjamin kualitas Pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua pada tahun 2030. Ditetapkan beberapa target dalam rangka mencapai tujuan kehidupan sehat dan sejahtera pada tahun 2030. Target-target tersebut terdiri dari :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun