Mohon tunggu...
Risman Aceh
Risman Aceh Mohon Tunggu... profesional -

Anak Pantai Barat Selatan Aceh. @atjeh01

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kisah Kasih di Rumah Kekasih

29 Juni 2010   05:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:13 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sudah pernah bertemu kekasih? Kekasih yang kepadanya cinta diharap dan dipersembahkan? Sangat indah. Kalimat penuh puja puji pun meluncur dengan indah, mengalahkan bait dan irama puisi. Dan, senangnya hati ini bisa menulis kisah kasih di rumah kekasih.Semoga bisa menambah khazanah keindahan cinta.

Kemarin ada kerinduan yang mendesak di hati. Persis kala matahari mulai rebah ke arah peraduannya. Hatiku yang sedari tadi memang sudah penuh oleh rindu semakin mendesak-desak langkah agar bersegera menuju rumah kekasih. Tapi kerja masih menghalangi walau tidak sampai memutuskan niat untuk bertemu kekasih.

Langit sudah mulai kehilangan cahaya merah jingganya kala dua kaki ku persis berada di halaman rumah yang ingin ku puja dengan kalimah cinta terindah.Dan hatiku langsung disergap getaran cinta kala terdengar suara panggilan dengan seindah panggilan yang pernah ku dengar.

Aku langsung memeriksa pakaian untuk memastikan aku sudah rapi. Rasanya tidak enak saja jika aku bertemu dengan yang memenuhi ruang hati sama dengan kala aku bertemu dengan yang lainnya.Aku tahu pasti dia maklum dan aku yakin cintanya tak akan sampai harus karena pakaian.

Setelah kupastikan rapi aku segera membersih tangan, mulut, muka, lengan, rambut, kuping, dan kaki. Setelah semua adab masuk ke rumah kupenuhi segeralah aku melangkah masuk.

Indah nian rumah yang senantiasa kupuja di dalam hati. Sudah lama sekali aku tak pernah lagi ke rumah ini. Sudah semakin indah. Di dinding-dinding bagian dalamnya terdapat keindahan ungkapannya.Aku mencoba membaca yang bisa kubaca sampai kemudian aku duduk bersimpuh menunggu saat bertemu dengannya.

Kesempatan itupun datang. Aku berdiri dengan segenap kegagahan yang masih kumiliki. Tapi setelah kurenungi, sungguh kegagahanku begitu kecil dihadapan kebesaran cintanya.

Sungguh sebuah pertemuan yang membahagiakan. Maka segenap pujian pun kusampaikan dengan khidmat untuk menunjukkan betapa aku memuji dan pemujanya. Rasanya tiada berlebihan jika aku memberi segenap pujian kepadanya bilamana mengingat kasih dan sayangnya selama ini dan pasti selamanya. Kemurahan hatinya tiada pernah berkurang meski kuakui betapa seringnya aku berpaling, menjauh, dan kadang tiada peduli. Sekarang aku yakin cintanya tiada pernah berkurang jika aku memang datang kepadanya dengan penuh cinta.Kalau sudah begitu, mengharapkan cinta-nya menjadi begitu menggebu dan ingin sekali untuk kuraih.

Setelah aku mempersembahkan puji dan pengakuan serta pengharapan maka kemudian aku mendapat kesempatan untuk mendengar lantunan cintanya yang begitu mencintaiku jika aku senantiasa bersabar dalam segala hal, khususnya kala ditimpa musibah. Menurutnya, hidup itu sungguh penuh dengan cobaan sebagai ujian untuk melihat tingkat kesabaran dan sejauhmana keinginan untukselalu bertemu dengan kekasih tetap tumbuh dan terbukti dalam gerak hidup. Menurutnya, jika aku mau bersabar dan senantiasa bersedia bertemu dengannya maka itu bisa menjadi penolong bagi diriku sendiri. Sungguh dibalik kesabaran dalam mencintai dan berjumpa dengan kekasih terdapat berita gembira berupa kesempurnaan, rahmat dan petunjuk.

Tidak terasa ruang-ruang hatiku dipenuhi oleh keindahan cinta pada kekasih yang dengan cintanya aku senantiasa hidup penuh cinta. Maka tiada terasa pula aku dengan segenap ketakjuban merunduk, menunduk, bersujud, dan bersimpuh sebagai wujud kecintaan yang tiada terbatas.

Di luar cahaya sudah memenuhi langit malam dan setelah menyampaikan salam aku pamit meninggalkan rumah Tuhan, Mesjid Raya Baiturrahman yang kini semakin indah dan menjadi semakin indah kala malam hari. Dan, setelah mengabadikan beberapa sudut mesjid utama Aceh yang dibangun pertama sekali oleh Sultan iskandar Muda tahun 1022 H/1612 M ini aku pun berlalu pulang dan berjanji untuk kembali lagi shalat magrib di mesjid yang sempat terbakar habis oleh agresi Belanda kedua, April 1873 M.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun