Mohon tunggu...
Risma Indah L
Risma Indah L Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan penikmat hobi

Menulis mencoba menginspirasi Mendidik mencoba memberdayakan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tamu Undangan yang Tak Mau Pulang

15 Januari 2020   22:26 Diperbarui: 17 Januari 2020   15:36 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : suasana pesta Maumere. Dokpri suami saya.

Menghadiri undangan pernikahan teman atau kenalan tentu sering saya lakukan. Penting untuk datang dan "menyumbang"  sebagai bentuk penghargaan bagi yang mengundang dan memenuhi kebutuhan  relasi sosial kita. 

Sejujurnya  menghadiri undangan pernikahan kenalan yang "orang" Yogya kadang terasa seperti formalitas. Kalau orangnya pun tidak begitu kenal dekat. Datang,  mengisi buku tamu, memasukkan amplop,  bersalaman dengan pengantin, kemudian langsung pulang. Bagi saya yang penting sudah "setor muka"

Namun, ada sebuah pengalaman ketika suatu kali saya menghadiri sebuah undangan pernikahan di Yogya ini. Kejadian yang bisa dibilang  lucu atau tepatnya  rusuh.  Itulah acara pernikahan seorang kenalan kami. Sebut saja namanya Berto. 

Berto adalah teman dari suami saya. Sama -sama pendatang asal Maumere, Flores. Hanya saja usianya jauh lebih muda. Kebetulan calon istrinya juga satu daerah dengan dia. 

Sebagai sesama kaum pendatang seperti kami. Mereka memilih efisiensi biaya juga waktu. Sepakat untuk melakukan pemberkatan nikah dan resepsi di Yogya. Sehingga tidak perlu pulang dan mengurus pernikahan di kampung halaman. Tentu saja kedua orang tua dihadirkan di Yogya. 

Tamu undangan resmi (yang diberikan kertas undangan) tidak banyak. Hanya teman dan keluarga dekat. Termasuk saya dan suami. Tempat resepsi cukup elit, sebuah resto dipinggir jalan utama. Setting acaranya  pesta kebun.  Meski dilaksanakan malam hari, suasana  kelihatan cantik berhias  dengan lampu-lampu gantung yang indah

Mulai hendak berangkat ke acara resepsi, "keluarga" kami sudah lumayan heboh. Meski undangan hanya diperuntukkan untuk suami dan saya, kenyataannya kami berangkat bersama setidaknya 10 orang. Keponakan dan teman-temannya, serta beberapa pemuda asal Flores yang kebetulan kos di sekitar tempat kami tinggal.

Sebelumnya saya sempat berbisik pada suami, " Waduh...kok banyak begini...nggak enak kan kalau "amplop" nya cuman satu..."

Akhirnya sesuai usulan saya, rombongan anak muda tadi urunan seikhlasnya. 

Begitulah orang Flores yang selalu semangat jika mendengar kata Pesta. Hehehe

Sesampainya di sana, suasana resepsi seperti umumnya. Berto nampak bahagia melihat banyaknya  orang yang datang. Saya yakin dia tidak lagi memikirkan berapa jumlah amplop yang ia terima. Hahahaha

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun