Mohon tunggu...
Risma Indah L
Risma Indah L Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan penikmat hobi

Menulis mencoba menginspirasi Mendidik mencoba memberdayakan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Repotnya (Ingin) Punya Anak

14 Desember 2019   14:21 Diperbarui: 14 Desember 2019   20:37 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi mengajak anak main ke luar. (sumber: freestocks.org)

Bisa jadi lebih dari setahun. Diagnosa itu saya terima beberapa waktu meskipun akhirnya diri saya kembali "normal" ditandai dengan siklus bulanan yang semakin teratur.

Saya mulai mencari second opinion ke dokter kandungan yang berbeda. Disarankan untuk memastikan cadangan sel telur saya. Syukurlah saat itu 7 tahun yang lalu.

Saya dinyatakan masih sangat subur. Diagnosa ini membuat saya lebih tenang dan optimis. Sampai pada suatu saat saya sendiri heran, mengapa saya pun tak kunjung hamil.  

Kami pun mencoba kembali mencari pertolongan medis. Saya mengatakan "kami" meskipun kenyataannya saya lebih sering berkonsultasi sendiri ke spesialis kandungan. 

Alasannya adalah suami sebenarnya tidak begitu senang konsultasi ke dokter. Pola pikir suami adalah menganggap anak itu rejeki. Sehingga kalau belum ada ya memang belum rejeki.

Ditambah lagi waktu itu suami masih bekerja di Jakarta, sehingga untuk bisa bertemu kami pun bergantian bolak-balik Yogya-Jakarta saat akhir pekan atau liburan.

Kami sempat menjalani program perencanaan kehamilan secara alami, dengan menggunakan teori perhitungan masa subur atas arahan dokter. Sekitar 2 tahun tidak menunjukkan hasil. Kami pun memilih off kembali. Karena jika teralu ngotot akibatnya malah jadi stress sendiri. 

Tahun berganti tahun penantian pun rasanya tak kunjung membuahkan hasil. Suami pun telah mengalah untuk memilih kembali bekerja di Yogya meskipun freelance. Setidaknya kami tidak lagi tinggal berjauhan. Beberapa alternatif pun telah kami coba mulai dari pijat, minum jamu, minum jus dan lain sebagainya. 

Sampai tahun 2017an yang lalu. Saya membujuk suami untuk berkonsultasi ke seorang dokter spesialis kandungan ternama di Yogya yang katanya cukup terkenal.  

Tarif dokter ini tidaklah murah untuk satu kali periksa atau konsultasi. Tetapi demi sebuah keinginan kami mencoba jalan terus. Meskipun harus merogoh kocek yang sangat dalam.

Kali ini baik saya dan suami menjalani pemeriksaan. Hasilnya memang sangat mengecewakan. Saya dinyatakan masih subur tetapi jumlah sel telur lumayan berkurang seiring dengan usia. Diagnosa suami pun tidak mengembirakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun