Aku adalah seorang perantau yang dituntut keras untuk mencari ilmu sesuai dengan amanat beasiswa yang telah memberikan peluang kepadaku. Semenjak kepergianmu jujur sangat membekas sekali kepadaku, bu. Aku masih ingat terakhir kali kita bercerita banyak tentang bagaimana kehidupan ini bisa berjalan. Aku juga seringkali menceritakan kepesimisanku terhadap dunia yang akan berjalan kedepannya. Tapi, engkau tidak pernah lelah untuk selalu mendengarkan keluh kesahku, memberikan semangat dan menitipkan doa untuk mempermudahkan jalan di setiap langkahku. Aku masih ingat bagaimana engkau mengajariku memasak dan hampir setiap hari kita di dapur untuk sekedar bercerita sambil menyiapkan makanan untuk keluarga. Hingga sekarang, memasak menjadi salah satu hobiku untuk menjalani kehidupan ini. Dengan memasak juga aku bisa mencurahkan cinta dan membuatkan makanan yang menghasilkan rasa yang luar biasa untuk orang yang kusayang. Aku ingin mengucapkan terima kasih telah mengenalkanku pada dunia ini bu. Tanpamu, dunia ini serasa berbeda.
Apalagi, beberapa hari lagi bulan suci Ramadhan akan segera datang. Beda sekali rasanya bu. Terakhir tahun 2022 kita puasa bersama. Untuk tahun 2023 walaupun kita menjalani Ramadhan berbeda kota, menjelang berbuka dan sahur, kita setiap hari selalu video call agar tidak sedikitpun ketinggalan momen di bulan Ramadhan.
Aku juga masih teringat, pertama kali mencoba beribadah puasa sejak usia 4 tahun. Untuk anak usia yang masih sangat kecil, aku pingin merasakan ibadah puasa yang dijalani orang dewasa. Tapi, engkau justru khawatir karena aku masih terlalu dini untuk belajar puasa, tapi aku berhasil meyakinkanmu untuk bisa kuat menjalani ibadah puasa yang tidak hanya menahan rasa lapar, tapi juga nafsu dan amarah. Pertama kali, engkau mengajariku puasa setengah hari dan alhamdulillah sebagai anak dengan umur 4 tahun aku berhasil menjalani puasa setengah hariku. Tapi, aku ingin sekali puasa dengan satu harian penuh seperti yang dilakukan orang dewasa pada umumnya dan aku yakin aku bisa. Engkau sempat berpesan "put, kalau sudah tidak tahan ingin buka puasa bilang ya... nanti ibu buatkan putri telur mata sapi kesukaanmu". Walaupun itu adalah makanan kesukaanku, aku tetap berusaha untuk menahan diri karena engkau sempat berpesan "jaminan orang yang melaksanakan ibadah puasa ialah syurganya Allah" dan aku ingin masuk surga untuk melihat Allah. Hari kedua aku ingin mencoba puasa full dan alhamdulillah aku berhasil. Walaupun seringkali aku menayakan hal yang sama kepadamu seperti "bu, kapan waktu buka... putri haus... mau minum, apakah boleh minum sedikit saja lalu melanjutkan puasa kan hanya minum sedikit. Bu, kenapa buka puasa itu pake beduk" masih banyak lagi pertanyaan lainnya yang aku ajukan ke ibu. Pertanyaan itu selalu dijawab oleh ibuku, maklum sejak kecil aku selalu bertanya dan terkesan sangat cerewet hehehe.
Setelah aku dewasa, aku sangat bahagia karena setiap tahun kebersamaan kita di bulan Ramadhan, banyak hal yang sudah kita lewati, termasuk membuat makanan berbuka puasa bersama. Banyak makanan yang sudah kita coba untuk menu berbuka puasa. Mulai dari resep masakan di buku sajian nusantara, resep masakan dibelakang bumbu Masako dan dari tayangan televisi yang membagikan resep takjil menjelang berbuka puasa. Setiap harinya, makanan yang kita coba sangat variatif mulai dari bakwan tahu, nugget tempe, bakso ikan, bakso ayam, pempek, otak-otak, es teler, es timun, es buah, tidak lupa juga kolak ubi dan pisang goreng sebagai makanan favorit keluarga kami. Aku senang, hingga kecil sampai sekarang banyak kenangan indah yang kita sekeluarga jalani bersama, aku bahagia dilahirkan dari sepasang orang tua yang saling mencintai. Aku dan kedua adikku, tumbuh dengan cinta dan kasih sayang. Harapku, semoga aku juga bisa membangun keluarga dengan orang yang aku cintai dan juga mencintaiku, serta dihiasi dengan nikmatnya iman kepada Allah. Amiinn yarrab.
Bulan Ramadhan pasti selalu kunantikan sepanjang aku hidup. Tahun ini terasa berbeda. Bukan karena aku masih dirantauan karena mengejar cita-citaku. Tapi, tahun ini tidak adanya lagi sesosok ibu yang mengucapkan selamat berbuka dan membangunkan aku sahur lewat deringan berpuluh kali telpon. Aku jujur kangen sekali putri, bu.... Aku mencoba untuk Ikhlas dan selalu berusaha menerima ketentuan takdir yang telah ditentukan olehnya. Tetapi, aku jujur masih terus berusaha menerima takdir kepergianmu bu.
Sebelum pulang ke tanah Mataram ini, aku dan adikku udah menanam bunga yang kamu suka bu, tepat di atas pusaranmu. Harapanku dan adik, tidak hanya kami, keluarga dan teman dekat yang mendoakanmu, tetapi juga ada makhluk Allah yang juga mendoakanmu di alam kubur. Engkau adalah orang yang baik bu, setiap orang yang mengenalmu pasti selalu menceritakan kebaikan-kebaikan yang telah engkau lakukan.
Aku masih ingat, setelah lulus kuliah S1 aku langsung mendaftarkan diriku menjadi guru di salah satu sekolah SMA Swasta di Kota Batam. Alasanku ingin menjadi guru karena aku ingin menjadi guru sepertimu, selalu kagum akan sosokmu yang bisa mendidik dengan sabar, membuat seseorang yang tidak bisa menjadi bisa dan selalu hidup dengan buku. Aku selalu ingat perkataanmu "put, setiap orang pasti bisa menjadi pengajar, tetapi tidak semua orang bisa menjadi guru untuk sabar dalam mendidik seseorang yang tidak bisa menjadi bisa". Hal itulah yang memotivasiku ingin menjadi seorang guru. Sebagai guru Bahasa Indonesia di salah satu SD Negeri di Bangka, engkau banyak memperkenalkan buku cerita anak-anak waktu aku dan adikku masih kecil. Memperkenalkan lagenda, cerita rakyat dan sejarah di Nusantara. Hal itu juga membuatku tertarik dengan sejarah hingga sekarang. Â Walaupun pada akhirnya engkau memutuskan untuk berhenti mengajar dan ingin fokus menjadi seorang ibu dan guru bagi anak-anakmu. Aku tetap bangga padamu bu.
Bu, semoga engkau tenang disana ya. Insyaallah nanti kita sekeluarga akan berkumpul lagi di surganya Allah bersama dengan kucing kita juga Ichung, Shimoon, Yoshi, Woozy, Lova, Rot-Rot, Melenun, dan Orin. Nanti setelah kita berkumpul lagi di surga, banyak hal yang aku ingin ceritakan kepadamu bu, seperti kita selalu bercerita saat di dunia. Terima kasih telah mendidiku menjadi perempuan yang kuat. Bu, putri kangen ibu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI