Mohon tunggu...
Riski Ramadan RR
Riski Ramadan RR Mohon Tunggu... Wiraswasta - I love imagination

Pekerja Serabutan [ kerjaannya banyak, bayarannya sedikit ]

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Feuer (Sebuah Cerita Pendek)

3 Februari 2023   20:25 Diperbarui: 3 Februari 2023   20:31 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

1998

Malam hari, seorang perempuan tengah bersusah payah mempertaruhkan nyawanya demi melahirkan seorang anak. Dibantu seorang bidan yang juga sahabatnya sendiri. Di rumah itu mereka hanya berdua, tidak ada keluarga atau pun sanak saudara. 

Sebuah desa baru-baru ini digemparkan dengan ditemukannya mayat perempuan yang yang hangus terpanggang di sebuah rumah yang terbuat dari bambu di pinggir hutan. Polisi setempat masih belum mengungkap siapa pelaku di balik pembunuhan ini. Sampai saat ini Laksmi yang tengah hamil besar tak pernah tenang setelah kejadian itu dan belum lagi suaminya tiba-tiba meninggalkannya dengan alasan merantau dan tidak ada kabar sama sekali.

Sementara Laksmi masih berjuang, kejadian aneh baru-baru ini membuat dia sangat stres. Bagaimana tidak, di tengah hamil tua Laksmi kerap kali dihantui sosok bayangan perempuan yang terpanggang itu. Membuatnya depresi namun dia bersikeras untuk melindungi bayinya. Hari-harinya pun dipenuhi air mata dan ketakutan, rasa sedih yang amat dalam dia lewati sampai saat ini

"Laksmi, kepalanya sudah mau keluar. Terus lagi, pasti kamu bisa!" Ucap sang bidan.

Dengan segenap tenaga, Laksmi berteriak  dan bayinya lahir ke dunia dengan selamat. Namun ketika hendak melihat bayinya tiba-tiba ada bayangan hitam di belakang sang bidan seperti ingin menerkam. Samar-samar perlahan sosok itu muncul dengan jelas. Hantu wanita hancur penuh luka bakar. Laksmi terkejut dan langsung teriak dan tak sadarkan diri.

"JANGAN GANGGU KAMI!!!"

***

Pagi harinya seakan gila. Laksmi menangis tanpa henti dan terus mengatakan ampun, jangan ganggu kami, jangan sakiti kami. Sesekali menjerit-jerit dan ketika ditanya kenapa, dia malah menangis. Dia bahkan belum bertemu dengan bayinya sendiri. Sang bidan sekaligus sahabatnya Sukma sangat kebingungan apa yang telah terjadi. Sukma perlahan masuk ke kamar Laksmi dan mulai mencoba menenangkannya. Laksmi terus meraung-raung seperti anak kecil. Sukma merapihkan rambutnya yang acak-acakan, dan menghapus air matanya dengan tisu lalu menyuruh Laksmi untuk menatap mata Sukma.

"Kamu sekarang baik-baik saja, Lakmi. Tenang, kamu dan bayimu aman." Ucap lembut Sukma. Laksmi langsung memeluk Sukma yang kacau. Setelah itu Laksmi menjadi lebih tenang dan bisa diajak bicara meskipun suaranya sangat rintih

Sukma :    "Sebenarnya ada apa sih?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun