Seperti kata Plato , cinta adalah pencerahan. Yakni pecinta mesti siap mencerahkan atau dicerahkan oleh kekasihnya. Dengan begitu, relasi cinta akan bercorak penyempurnaan, dan tersucikan dari nafsu. Sebab tak ada penyempurnaan tanpa pencerahan.
a. Tuhan dan Akal
Cinta bersatu pada titik Omega, yaitu Tuhan. Tuhan adalah Alpha dan sekaligus Omega, atau Sumbu dan Tujuan.
Tuhan tak dapat diindra,Walau begitu, kita tetap menggilai-Nya. Tahu kenapa? Sebab Tuhan itu ada dan keberadaan-Nya meliputi segala yang ada. Tuhan adalah sesempurnanya"Ada".
Juga, filsafat cinta mengajarkan cinta yang melampau fisik(metafisik). Filsafat cinta mengajarkan untuk mencintai dengan akal, bukan dengan penglihatan.
Filsafat cinta mengajarkan kepada kita untuk mencintai dengan akal. Dengan begitu, kita akan mencintai sesuatu, kendatipun sesuatu itu belum atau bahkan mustahil tuk diindrai.
Penglihatan hanya mencinta dan kagum pada apa yang terlihat. Akal berusaha mencari dibalik yang terlihat. Barangkali (bahkan barangpasti), dibalik yang terlihat, terdapat "Ada" yang lebih layak tuk dikagumi dan dicintai.
Itulah mengapa kita tetap mencinta "Ada" yang sempurna, walau Dia belum dilihat, atau bahkan mustahil tuk dilihat. Itulah cinta pada Kesempurnaan Nirbatas, tak hirau akan jenis fisiknya, terlihat ataupun tidak.
menurutku, yang ada tidak mesti identik dengan yang terindra. Yang ada, tidak mesti terindra. Yang terindra, belum tentu ada.
b. Manusia dan HasratÂ
Cinta itu adalah percakapan antara dua"aku".
Katanya,cinta itu hasrat (keinginan). Keinginan untuk menggapai kebahagiaan. padahal ada banyak yang stagnan pada keindahan dan kebahagiaan-kebahagiaan sementara.