Mohon tunggu...
Riska Amelia
Riska Amelia Mohon Tunggu... Freelancer - Absurd

Seorang yang suka dengan sastra dan filsafat

Selanjutnya

Tutup

Diary

Catatan 1: Tentang Gender

2 Februari 2023   22:45 Diperbarui: 2 Februari 2023   22:51 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler


Kita mungkin sudah tidak asing dengan suatu yang bernama gender. Pembahasan mengenai jenis kelamin sudah bukan sesuatu yang sulit ditemukan. Di lingkungan, sekolah, perguruan, dan bahkan di tempat-tempat terpencil seperti gang, orang sudah sangat sering membahasnya---dan, akan terus membahasnya. Meski, kadang dengan cara yang tak langsung. Namun, saya cukup penasaran dengan frasa tersebut. Sudahkah selama ini kita mengenalnya? Telah sejauh mana? Atau, jangan-jangan selama ini kita hanya menerka-nerka sehingga melahirkan definisi yang 'cacat'?


Dalam catatan yang saya dapuk singkat ini saya tidak ingin membuat pembaca bingung dengan maksud saya. Sekeras yang bisa dilakukan, saya akan berbicara sekaligus bertanya langsung pada apa yang benar-benar ingin saya katakan dan tanyakan tanpa embel-embel yang menjemukan.


Gender dan Budaya Rambut


Pada suatu sore di musim kemarau, berkat penyakit pneumonia yang saya derita sehingga saya kehilangan banyak  helai rambut di kepala, dan saya sedih atas insiden itu---dengan nekat saya menggunduli kepala atas saran dari sebuah desas-desus, bahwa rambut akan tumbuh lebat setelah pemilik kepala mencukur habis rambutnya. Tetapi, nahas.  Setelah peristiwa itu saya diserapahi banyak orang, termasuk kedua orang tua yang teramat saya cintai.


Seperti halnya saat saya melihat kotoran ayam di atas teras rumah, begitulah kiranya orang-orang saat tak sengaja melihat saya keluar dengan kepala telanjang. Mereka terbahak-bahak, berbisik-bisik, dan dengan wajah alimnya yang menyeramkan, mereka semua berserapah.


Pada kesempatan langka seperti itu tentu saya tidak bisa banyak berbuat. Ketika orang-orang itu mengutuk dan mengatai kepala ini lebih mirip seorang bocah lelaki dibanding perempuan, dan bahwa rambut adalah mahkota yang berharga, dan perempuan kehilangan identitasnya ketika perempuan itu bersikeras mencukur rambutnya mengikuti pola rambut seorang lelaki. Saya, selaku seorang perempuan sekaligus wanita, terkatup diam menelan ludah dalam-dalam. Betapa masyarakat di negeri ini masih memuja 'doktrin' konyol begitu?!


Singkatnya, apa wanita bukan lagi wanita ketika kehilangan rambutnya? Apa lelaki juga bukan lelaki ketika kehilangan burungnya?


Dalam pandangan saya sendiri, dan tentu saya telah menarik pandangan seseorang saat sebelum menarik pandangan diri saya sendiri; Saya pikir sejauh ini masyarakat telah keliru. Masyarakat telah keliru disebabkan doktrin terdahulu. Gender bukan sesuatu yang bisa kita klasifikasikan berdasarkan hal-hal kecil yang kita lihat dari luar. Melainkan, gender menembus batas-batas tersebut. Apa yang mereka sebut sebagai gender sebenarnya bukanlah gender. Tanpa sadar, selama ini mereka membahas hanya tentang tipikal yang masing-masing dimiliki kedua gender; lelaki dan perempuan. Secara garis besar, bisa dipastikan selama ini masyarakat tidak mengenal apa itu gender dan bagaimana ia telah eksis dan menyita perhatian yang sesungguhnya.


Bagaimana kita 'seharusnya kelihatan' telah mengalihkan perhatian kita pada sesuatu yang penting. Jati diri. Fakta bahwa seorang perempuan tidak berubah identitasnya ketika bahkan tidak tersisa sehelai pun rambut di kepalanya. Bahwa seorang lelaki tidak kehilangan identitasnya ketika satu gerakan tangan dan kakinya melengking-lengking diiring-iringi musik. Bahwa perempuan masih menjadi perempuan saat menyanyikan lagu rock and roll. Bahwa lelaki masih menjadi lelaki ketika gemar memasak, dan lain-lain sebagainya.


Selama ini masyarakat telah digiring kepada sebuah keterasingan, sehingga pemahaman mengenai gender hanya sebatas 'jenis kelamin' dan 'penampilan' saja. Anda boleh untuk tidak setuju terhadap tuduhan saya, dan Anda pun boleh untuk menyetujuinya.   Tergantung bagaimana Anda akan melihat dan mencintai kehidupan sehingga tidak melewatkan hal sekecil apa pun untuk dipahami.

Selamat malam ... salam hangat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun