Mohon tunggu...
riska nuraini
riska nuraini Mohon Tunggu... Ahli Gizi - suka menolong orang

seorang yang senang membaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Saling Berjihad Demi Indonesia

11 Oktober 2017   07:04 Diperbarui: 11 Oktober 2017   08:38 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Demi Indonesia - styvop.deviantart.com

Seorang muslim memang dianjurkan untuk berjihad. Namun jihad yang dimaksud disini adalah bukan jihad seperti kelompok radikal dan teroris, yang menganggap meledakkan bom sebagai bagian dari jihad. Karena jihad semacam itu tidak dibenarkan secara agama, dan tidak pernah pula dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat. Jihad yang dimaksud disinilah kontribusi kita sebagai warga negara, terhadap negara. Karena berjihad untuk kepentingan negara, pada dasarnya juga dianjurkan. Kenapa? Karena kelangsungan sebuah negara tergantung dari generasi penerusnya. Jika generasi penerusnya acuh tak acuh, maka negara tersebut juga tidak akan pedulu terhadap warganya. Untuk itulah, baik itu sebagai warga negara ataupun pemerintah, sama-sawa wajib hukumnya untuk menjalankan jihad untuk negara.

Lalu, bagaimana caranya berjihad untuk negara? Bagi para elit politik yang duduk di kuris pemerintahan, mensejahterakan rakyat juga merupakan bagian dari jihad. Karena pada dasarnya jihad itu mempunyai makna yang sangat luas. Salah besar jika jihad hanya dimaknai sebagai perang terhadap orang yang memusuhi agama Islam. Jihad bisa dilakukan berdasarkan latar belakang dan pekerjaan. Seorang presiden, menteri, dirjen hingga posisi publik lain, harus mampu melahirkan kebijakan yang mampu mensejahterakan rakyatnya. Tidak boleh menguasai potensi sumber daya alam untuk kepentingan pribadi. Juga tidak boleh menyalahgunakan amanah yang diberikan, untuk meraup keuntungan sendiri. Juga tidak boleh korupsi, arogan, otoriter dan tidak mau mendengar aspirasi dari masyarakat. Karena pada dasarnya para pemimpin bisa menduduki posisi penting tersebut, karena kepercayaan dari masyarakat.

Pemerintah juga harus mampu menjaga semua sumber alam negeri ini, untuk kepentingan masyarakat. Itu juga bagian dari jihad seorang pemimpin. Karena dalam UUD 1945 pasa 33 ayat 3 juga disebutkan, bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya, dikuasai oleh negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Karena itulah jika UUD bisa jadi pegangan, tentu kesejahteraan itu bisa dirasakan oleh semua elemen masyarakat. Dan menjadi tugas pemerintah lah, agar rakyatnya terlindungi dari kepentingan ekonomi, politik, pendidikan, dan kepentingan lain yang memang diperlukan oleh seluruh rakyat Indonesia.

Lalu bagaimana sebagai rakyat? Apakah hanya bisa menuntut haknya? Tentu tidak. Rakyat juga harus mempunyai kewajiban berjihad juga untuk bangsa dan negaranya. Dan hal ini juga telah dicontohkan para ulama, ketika berjuang merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Ketika itu, KH Hasyim Asy'ari pernah mengeluarkan resolusi jihad kepada para santri, untuk membantu tentara mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Karena itulah, seluruh santri yang berada di sekitar Jawa Timur, berbondong-bondong ke Surabaya membantu tentara untuk berperang melawan penjajah. Kemenangan rakyat dalam perang di Surabaya itulah, yang kemudian diperingati sebagai hari pahlawan setiap 10 November.

Kini, Indonesia sudah merdeka. Mengisi kemerdekaan dengan berbagai tindakan yang positif, merupakan bentuk jihad yang mungkin dilakukan oleh para generasi milenial. Perkembangan media sosial yang begitu pesat, harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kepentingan kebaikan. Menebar pesan damai di media sosial, merupakan bagian dari jihad. Menciptakan hal-hal yang kreatif dan inovatif, juga merupakan bagian dari jihad. Jika pemerintah dan rakyatnya sama-sama berjihad untuk kepentingan negara, maka akan tercipta simbiosis mutualisme. Apalagi, negeri ini menganut toleransi antar umat beragama. Semboyan bhineka tunggal ika yang terus dipegang erat, mendorong kita semua untuk tetap bisa menghargai perbedaan dalam keberagaman.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun