Psikologi perkembangan adalah sebuah cabang ilmu yang mengkaji perkembangan perilaku, pemikiran, dan emosi  manusia. Sejak manusia diciptakan sampai manusia meninggal dunia. Yang di ungkapkan oleh Elizabeth R. Hurlock (1972). Tak hanya itu, Psikologi perkembangan juga mengkaji sebuah aspek  perkembangan sosial, termasuk proses pembentukan hubungan interpersonal serta peran individu dalam sebuah lingkungan masyarakat. Psikologi sendiri ialah ilmu yang mempelajari tentang sebuah proses mental  dan perilaku individu sebagai wujud atau ekspresi dari jiwa. Selain itu, salah satu pendekatan dalam Psikologi yang berpengaruh terhadap pemahaman perkembangan manusia adalah teori behaviorisme.
Behaviorisme adalah sebuah teori yang membahas mengenai perilaku manusia. Di dalam behaviorisme  memegang peran utama dengan tingkah laku mengenai suatu aspek kejiwaan. Teori behavioristik menyatakan bahwa proses pembelajaran yang harus dilakukan secara mandiri setiap individu. Sehingga belajar dipahami sebagai proses perubahan yang mengubah ketidakmampuan menjadi kemampuan dengan hasil yang bersifat relatif menetap. Perubahan ini mencerminkan peningkatan kemampuan seseorang dalam berperilaku dengan cara baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respons yang telah dihasilkan.
Faktor penting dalam belajar adalah adanya stimulasi atau input yang memicu timbulnya respon atau output. Stimulus merupakan sesuatu yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain, sedangkan respon adalah reaksi atau tanggapan terhadap stimulus yang diberikan. Dengan demikian, segala sesuatu yang diberikan sebagai stimulus dan segala sesuatu yang diterima sebagai respons harus diamati dan diukur untuk memahami efektivitas proses  pembelajaran. Konsep ini sejalan dengan teori Ivan Petrovich Pavlov, yang dikenal sebagai teori pengondisian klasik ( Classical Conditioning ), yang di mana konsep ini dikembangkan oleh Ivan Petrovich Pavlov melalui eksperimennya terhadap anjing.
Dalam eksperimen tersebut Ivan Petrovich Pavlov mengamati  bahwa anjing jika di beri makanan, anjing tersebut mengeluarkan air liur. Akan tetapi, anjing jika di beri lonceng, anjing tersebut tidak mengeluarkan air liur. Kemudian Ivan Petrovich Pavlov mengamati  dengan memberi keduanya secara bersamaan, sehingga anjing tersebut mengeluarkan air liur.  Maka dari itu, Ivan Petrovich Pavlov menyimpulkan bahwa anjing mengeluarkan air liur bukan hanya saat melihat makanan, tetapi juga saat mendengar suara bel dikaitkan dengan pemberian makanan.
 Awalnya suara lonceng merupakan stimulus netral yang tidak menghasilkan respons air liur pada anjing. Namun, dengan pengulangan, anjing belajar mengasosiasikan suara lonceng dengan makanan, sehingga suara lonceng menjadi stimulus terkondisi yang menghasilkan respons air liur. Eksperimen ini menunjukkan bagaimana stimulus tertentu dapat menghasilkan respons air liur  yang dipelajari melalui stimulus yang berulang - ulang. Sehingga dapat menimbulkan reaksi yang diinginkan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pengulangan ini bertujuan untuk membentuk respons yang sesuai yang diharapkan. Dapat dilihat sebagai proses di mana stimulus netral yang digunakan dengan stimulus yang memicu respons alami, sehingga perlahan -- lahan akan dapat memicu respons itu sendiri.
Teori yang dilakukan oleh Ivan Petrovich Pavlov memberikan wawasan yang mendalam mengenai mekanisme reaksi antara stimulus dan respons dalam membentuk pola perilaku manusia. Dalam konteks kehidupan sehari -- hari, individu secara tidak sadar membangun kebiasaan atau reaksi otomatis terhadap rangsangan tertentu yang terus-menerus kita alami. Misalnya, seseorang yang selalu menyalakan alarm untuk penanda waktu bangun tidur, dapat mengalami dorongan untuk seseorang bangun dari tidurnya setiap kali mendengarkan suara alarm yang serupa, meskipun sumber suara tersebut entah berasal dari alarm yang sebenarnya.
Dengan teori Classical Conditioning yang dikembangkan oleh Ivan Petrovich Pavlov memiliki pengaruh yang besar terhadap pemahaman mengenai pembentukan perilaku manusia dalam kehidupan manusia sehari - hari. Eksperimen Ivan Petrovich Pavlov ini menunjukkan prinsip bahwa manusia juga dapat membentuk kebiasaan dan respons emosional terhadap stimulus tertentu melalui pengalaman yang berulang atau pengalaman masa lalu. Prinsip ini dapat diterapkan dalam bidang pendidikan, terapi psikolog dan strategi pemasaran untuk membentuk atau mengubah perilaku melalui reaksi yang sistematis.
Misalnya di dalam pendidikan; seorang siswa selalu menerima penghargaan atau pujian setiap menyelesaikan tugas dengan baik. Sehingga setiap berjalannya waktu siswa tersebut akan termotivasi untuk terus belajar. Jika contoh di dalam terapi psikolog; ketika seseorang memiliki fobia terhadap buah salak, maka ia akan merasa ketakutan terhadap buah salak. Meskipun buah itu tidak berbahaya dan tidak menakutkan. di dalam bidang strategi pemasaran, sering kali menggunakan pengondisian klasik untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Melalui berbagai contoh tersebut, terlihat bahwa eksperimen Ivan Patrovich Pavlov tidak hanya memberikan pemahaman mendalam tenteng bagaimana perilaku dapat terbentuk, tetapi juga membuka peluang bagi pengembangan teknik yang lebih efektif dalam berbagai bidang. Dari pendidikan, terapi psikolog, dan strategi pemasaran, teori pengondisian klasik terus digunakan untuk membantu memahami dan membentuk perilaku manusia.
Oleh karena itu, pemahaman tentang teori ini menjadi penting bagi siapa saja yang ingin mengoptimalkan pembelajaran, membangun kebiasaan positif, atau bahkan memahami reaksi emosional, pemikiran, perilaku mereka sendiri dalam kehidupan sehari -- hari. Dengan semakin berkembangnya penelitian ini di bidang psikologi, teori Ivan Petrovich Pavlov tetap menjadi salah satu fondasi dalam memahami bagaimana pengalaman masa lalu dapat membentuk pola pikir dan perlaku seseorang.
Kesimpulan : eksperimen Ivan Petrovich Pavlov tentang pengondisian klasik menunjukkan bagaimana stimulus dapat membentuk perilaku manusia melalui pengalaman yang berulang. Konsep ini menjelaskan bahwa kebiasaan, reaksi emosional, dan pola pikir seseorang dapat terbentuk berdasarkan reaksi antara stimulus dan respons.