Sastra Arab Klasik dan Balaghah: Simbiosis yang Erat
Para penyair Arab zaman dahulu tidak hanya menciptakan keindahan bunyi, tetapi juga menyusun lapisan makna yang dalam. Misalnya, dalam syair Imru' al-Qais, kita bisa menemukan keindahan balaghah dalam bentuk tasybh (perumpamaan) dan isti'rah (metafora):
"Sahabat-sahabatku berhenti bersamaku, menghela tunggangan di depanku..."
Kalimat ini bukan sekadar narasi perjalanan, tetapi menyiratkan perasaan melankolis dan kehormatan terhadap kenangan masa lalu. Dengan balaghah, satu bait bisa menyimpan emosi, suasana, dan filosofi hidup.
Balaghah dalam Al-Qur'an: Inspirasi Sastra Puncak
Balaghah mencapai puncak keilmuannya saat digunakan untuk memahami Al-Qur'an. Ayat-ayat Al-Qur'an tidak hanya dipilih dengan kata-kata yang tepat secara makna, tetapi juga kaya irama dan emosi. Salah satu contoh yang sering dibahas dalam ilmu balaghah adalah:
"Demi langit dan yang datang di malam hari. Tahukah kamu apakah yang datang di malam hari itu?"
(Q.S. Al-riq: 1--2)
Pengulangan dan interogasi retoris di sini menimbulkan efek kejut, penasaran, dan kagum. Analisis bayn dan ma'n memperlihatkan bahwa gaya ini sengaja digunakan agar pendengar menjadi aktif secara emosional dan intelektual.