Mohon tunggu...
Nur Farihatul Khoiriyah
Nur Farihatul Khoiriyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - being inspired and addicted to someone

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga (20107030006)

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Kupas Ulang Tragedi Kapal Sewol 7 Tahun yang Lalu

18 Maret 2021   21:12 Diperbarui: 18 Maret 2021   21:18 4001
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: IDN Times

Tenggelamnya kapal sewol ini terjadi pada tanggal 16 April 2014 pagi hari di pulau Jindo. Tragedi ini menjadi catatan kelam bagi dunia transportasi Korea Selatan.  Kapal tersebut mengangkut penumpang sebanyak 476 orang termasuk kru kapal, dari angka tersebut sebanyak 325 orang adalah seorang siswa. Akibat dari tenggelamnya kapal sewol ini menewaskan 304 orang yang dimana 250 lebih korban adalah siswa dari SMA Danwon.

Tragedi tenggelamnya kapal sewol ini bermula dari kapal yang mengankut sebagian adalah siswa SMA Danwon yang akan berlibur ke pulau wisata Jeju. Kapal sewol yang berbobot 6.825 ton ini berlayang meninggalkan pelabuhan Incheon sekitar pukul 9 malam.

Kapten Lee Joon Seok yang bertugas sebagai kapten kapal yang sudah mempunyai pengalaman berlayar pada rute tersebut. Perjalanan yang direncanangkan berlangsung selama 13 jam itu awalnya berjalan lancar. Akan tetapi saat di perairan Selat Maenggol yang dikenal mempunyai arus kuat, perwira muda memerintahkan kapal untuk berbelok tajam. Naas nya perwira muda yang bertugas di anjungan kapal adalah perwira yang berlum berpengalaman.

Setelah perwira itu memerintahkan untuk berbelok tajam, yang terjadi pada kapal sewol adalah miring dan terbalik. Tenggelamnya kapal sewol ini berlangsung dalam waktu yang singkat yaitu dalam hitungan tak sampai setengah jam. Kurang cepatnya bantuan dari petugas setempat, maka kapal tersebut tenggelam.

Anehnya tak ada panggilan darurat yang dilakukan awak kapal. Kabar soal kecelakaan yang menimpa kapal sewol datang dari panggilan telepon genggam seorang murid yang berada dalam kapal tersebut. Seperti dalam catatan The New York Times, panggilan darurat pertama datang pada pukul 08.55 pagi hari.

Butuh waktu beberapa saat untuk mengidentifikasi bahwa kapal itu adalah kapal sewol. Setelah itu, beberapa kapal dan helicopter penyelamat segera bergegas merespon dan mencari keberadaan kapal sewol tersebut. Puluhan tentara dan ratusan penyelam juga dikerahkan untuk menyelamatkan korban. Saat itu untuk mencari korban dari tenggelamnya kapal sewol juga dibantu dengan kapal perang Amerika Serikat, USS Bonhomme Richard yang sedang berpatroli di kawasan tersebut.

Korban dari tenggelamnya kapal sewol tersebut sebanyak 304 penumpang dan awak kapal, dan hanya 172 orang yang akhirnya berhasil selamat. Saking banyaknya korban yang tewas akibat tragedi ini maka disebut sebagai tahun hitam bagi Korea Selatan. Tahun hitam berarti tahun berkabungnya Korea Selatan atas banyaknya korban dari tenggelamnya kapal sewol.

sumber gambar: World Magazine
sumber gambar: World Magazine

Bahkan, setiap tanggal 16 April diperingati sebagai tenggelamnya kapal sewol. Biasanya para keluarga dan kerabat memberi penghormatan dan doa di lokasi kejadian, ada juga yang di tempat pemakaman. Akibat dari tragedi tenggelamnya kapal sewol tersebut memicu kemarahan dan kesedihan nasional. Itu juga menyebabkan kritikan keras atas standar keselamatan dan kurang cepatnya upaya penyelamatan.

Salah satu penyebab utama dari tragedi ini adalah karena proses renovasi kapal sewol yang dianggap berbahaya. Renovasi kapal sewol ini disebut mendapat persetujuan dari regulator yang telah disuap dengan paket wisata dan makan malam mewah. Justru renovasi terhadap kapal sewol ini malah membawa petaka karena titik gravitasi kapal naik yang membuat kapal jadi tidak seimbang. Begitu kapal berbelok tajam justru yang terjadi adalah miring dan terbalik, ditambah dengan muatan yang tidak terkait dengan baik.

Kapten kapal sewol yaitu kapten Lee Joon Seok menjadi sasaran hujatan para warga korea. Kapten yang berusia 69 tahun itu dianggap lalai dan tidak bertanggung jawab atas keselamatan para penumpag. Kapten Lee juga terbukti lebih mementingkan keselamatan dirinya disbanding para penumpang. Ia tertangkap kamera mengenakan jaket pelampung dan diselamatkan dari atas kapal sewol, meninggalkan jeritan panik para penumpangnya yang berada dalam kapal terbalik tersebut.

Menurut hasil penyelidikan dari tim investigasi gabungan dan upaya peradilan, memberi hukuman kepada kapten Lee berupa hukuman penjara seumur hidup atas pembunuhan dan kelalaian dalam melaksanakan tugas sebagai seorang kapten kapal. Selain kapten Lee, ada 14 petugas lainnya yang juga menerima hukuman lebih ringan dengan dakwaan pelanggaran aturan keamanan kapal. Mereka terbukti meninggalkan kapal dengan kondisi penumpang yang masih berada di dalam kapal.

Kejadian ini benar-benar mengguncang seluruh warga Korea Selatan. Untuk mengenang tragedi tenggelamnya kapal sewol ini sebanyak 6 film didedikasihkan untuk  mengenang para korban kapal sewol. Film-film tersebut diantaranya The Truth Shall Not Sink with Sewol (2014) dan After The Sewol yaitu film documenter yang mencoba mengungkapkan kebenaran dari tragedi kapal sewol tersebut. Film Intention (2018) ini menganalisis secara ilmiah dan melacak rute kapal sewol. Film After Driving Bell (2018) dan In The Absence (2018) ini focus menceritakan pada kegagalan penyelamatan penumpang kapal sewol tersebut. Terakhir, dalam film Birthday (2019) ini mengisahkan tentang kerinduan sebuah keluarga terhadap seorang anak yang meninggal dalam kecelakaan tragis tenggelamnya kapal sewol.

Begitu banyak film yang mengisahkan tentang tragedi kapal sewol ini. Bukan hanya film namun, beberapa penyanyi dan idol k-pop juga mendedikasihkan lagunya untuk tragedi kapal sewol. Diantaranya ada The Light dari girl band The Ark yang dirilis seminggu sebelum peringatan satu tahun tenggelamnya kapal sewol. Ribbon in The Sky dari B.A.P, Always Remember dari Tany, One of These Night dari girl band Red Velvet, Pray for You dari Jo Kwan Woo, Well Done dari Zico, dan terakhir Gwanghwamun dari Kim Jang Hoon. Itu sederet lagu yang memang dibuat khusus untuk mengenang tragedi tenggelamnya kapal sewol.

sumber gambar: WowKeren.com
sumber gambar: WowKeren.com

Pita kuning sebagai symbol harapan dan solidaritas dari masyarakat Korea Selatan terhadap kejadian malang yang menimpa korban tenggelamnya kapal sewol dimana sebagian dari mereka masih anak SMA, yang seharusnya kini tengah menyusun masa depan cerah untuk kehidupannya masing-masing. Sampai ada artis yang membuat tato berupa pita kuning untuk didedikasihkan kepada korban kapal sewol tersebut.

Member boy band Block B yaitu Zico membuat tato pita berukuran besar disalah satu lengannya. Tato tersebut ialah gambar pita kuning untuk mengenang tragedi kapal sewol, karena salah satu korban merupakan penggemar Block B. Bahkan Zico mengunjungi pemakaman penggemarnya tersebut dan mengundang orang tuanya untuk datang ke konser Block B.

Selain Zico Block B, ada juga rapper yang membuat tato berupa pita kuning di salah satu lengannya yaitu rapper Sleepy. Ia mengungkapkan dalam akun instagram pribadinya bahwa tato yang berbentuk pita kuning tersebut memiliki arti "we will not forget". Tato tersebut didedikasihkan untuk semua korban tragedi kapal sewol. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun