Lebaran bukan sekedar perayaan setelah sebulan penuh berpuasa, tetapi juga momentum untuk menyucikan hati dan mempererat kembali hubungan yang sempat renggang. Salah satu tradisi yang paling melekat dalam perayaan hari raya idul fitri adalah saling bermaafan, biasanya orang menyatakan "sungkeman". Baik diantara keluarga, sahabat, atau rekan kerja. Momen ini menjadi kesempatan untuk menghapus kesalahpahaman, merakit kembali kebersamaan, dan membuka lembaran baru dengan hati yang lebih ringan.Â
Namun, meminta dan memberi maaf bukan selalu menjadi perkara yang mudah. Ada ego yang harus dikesampingkan, ada luka yang butuh waktu untuk sembuh, dan ada keberanian yang harus dikumpulkan. Akan tetapi di balik itu semua, kelegaan hati yang didapat setelah memaafkan dan dimaafkan adalah sesuatu yang tak ternilai harganya. Lebaran menjadi titik balik, dimana maaf menyatukan hati yang sempat jauh.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti pernah melakukan kesalahan, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Kesalahn bisa berupa dari perkataan yang menyakitkan, tindakaj yang mengecawakan, atau bahkan kesalahpahaman yang berujung pada retaknya hubungan. Jika tidak segera diselesaikan, luka kecil bisa menjadi jurang pemisah yang semakin dalam.Â
Disinilah pentingnya meminta dan memberi maaf. Dalam Islam, memaafkan bukan hanua sekedar anjuran, tetapi juga bagian dari akhlak yang mulia. Allah SWT. berfirman dal Al-Quran: "jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan amal ma'ruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh." (QS Al-A'raf: 199). Dalam hadist rasulullah SAW. juga disebutkan "barang siapa yang tidak memberi maaf, maka ia tidak akan dimaafkan." (HR. Ahmad)
Dari ayat dan hadist tadi, kita diajarkan bahwa memaafkan adalah tindakan yang mendatangkan keberkahan, baik untuk diri sendiri ataupun orang lain. Lebaran menjadi waktu yang tepat untuk mengamalkan ajaran ini dengan penuh keikhlasan.
Sebelum meminta maaf, seseorang seringkali mengalami berbagai macam perasaan. Ada yang merasa gengsi, takut ditolak, atau bahkan merasa bahwa diri sendiri tidak bersalah. Namun, semakin lama menahan permintaan maaf, semakin besar beban yang dirasakan dihati. Setelah akhirnya seseorang meminta maaf, ada perasaan lega yang muncul. Seolah-olah beban yang selama ini dipikul, kini perlahan menghilang. Ketika maaf diterima, hati terasa lebih ringan dan damai. Begitu juga saat kita memberi maaf kepada yang lain. Awalnya mungkin terasa sulit, terutama jika luka yang ditinggalkan cukup dalam. Tapi saat kata maaf melepasnya, ada kebahagiaan sendiri yang hadir dalam hati.
Lebaran kini menjadi waktu yang tepat untuk memperbaiki hubungan yang sempat retak. Tradisi mudik, silaturahmi, atau bermaaf-maafan menjadi sarana untuk menyatukan kembali keluarga atau sahabat yang mungkin  lama berjauhan, baik secara fisik maupun emosional.
- Silaturahmi sebagai jembatan kebersamaan
Lebaran menjadi momen spesial, saat dimana orang-orang berkumpul dengan keluarga besar. Kunjungan kerumah saudara atau kerabat menjadi momen yang penuh dengan kehangatan. Tak jarang jika ditengah obrolan dan tawa, ada ruang untuk saling meminta maaf atas kesalahan yang pernah terjadi.
- Menghapus dendam dan rasa sakit lama