Mohon tunggu...
Ririn Widyastuti
Ririn Widyastuti Mohon Tunggu... lainnya -

Mahasiswi Fakultas teknologi jurusan Teknik Industri angkatan 16 di Universitas Mercu Buana. Bekerja sebagai Analis Kimia di Laboratorium Mikrobiologi PT Kalbe Farma Tbk.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Di Balik Pembuatan Sebuah Film

3 Juli 2011   14:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:58 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setelah tahap pembuatan stage, tahap selanjutnya adalah pra-produksi, Tahap ini mencakup persiapan kerja yang tersisa sebelum produksi dimulai. Selama masa pra-produksi, produser akan merekomendasi versi final skenario, para pemain dan kru dikontrak, dan lokasi syuting diselesaikan. Sutradara, asisten sutradara, manajer produksi, dan produser merancang urutan syuting untuk tiap-tiap adegan. Bila kondisi memungkinkan para aktor melakukan gladi resik. Produser, sutradara, dan desainer bekerja bersama mengikhtisarkan tampilan filmdan mengarahkan bagaimana adegan dilakukan oleh para actor serta memasang konstruksi dan dekorasi, kostum-kostum, makeup dan tata rambut, dan tata lampu (pencahayaan).

Proses produksi film bisa dimulai ketika proses pra-produksi selesai. Sebuah film, tercipta dari pengambilan gambar secara adegan per adegan, dan adegan diambil gambar secara shot demi shot. Adegan-adegan dan shot-shot yang telah diambiltidak selalu muncul di film. Hal ini dikarenakan dalam proses produksi film tergantung berbagai faktor misalnya kondisi cuaca, kesediaan aktor, dan jadwal setting konstruksi. Adegan yang termasuk luas, setting yang rumit seringkali difilmkan pada akhir jadwal syuting, karena bagian ini mengambil waktu yang lebih lama untuk menyelesaikannya.

Setiap adegan yang telah di-syut (diambil gambarnya) dinamakan take (pengambilan). Untuk syuting yang variatif seperti adegan pertempuran dan peperangan, sutradara biasanya menggunakan beberapa kamera untuk mengurangi banyaknya take tersebut. Meskipun menggunakan banyak kamera, sutradara bisa saja membutuhkan banyak take untuk hasil yang maksimal. Setelah masing masing take selesai, sutradara akan mendiskusikannya dengan operator kamera dan production sound mixer (orang yang bertugas menkombinasikan suara dalam proses produksi). Jika sutradara berkenan dengan hasilnya dan jika kamera dan suara berjalan baik, hasil take tersebut dapat diprint.

Adegan dari satu shot ke shot lainnya harus selaras ketika diedit ke dalam bentuk film. Setelah hasil di print, sutradara, produser, pengarah foto dan editor akan mencermati gambar-gambar tersebut secara teliti. Selama proses pekerjaan ini, sutradara dan editor mulai menyusun shot-shot menjadi sebuah adegan, dan menyusun adegan-adegan menjadi sebuah rangkaian. Versi awal rangkaian tersebut, atau disebut cut awal, sering kali berisi take-take alternatif untuk shot-shot yang sudah siap jadi.

Ketika sutradara dan editor membuat keputusan final selama proses editing, mereka menyisihkan take-take yang tidak sesuai, sehingga struktur gambar akhirnya akan muncul dalam bentuk sebuah rough cut (cut kasar). Kemudian, ketika adegan dipoles dan diperhalus transisi (perpindahan antar adegan) nya, secara perlahan rough cut tersebut menjadi first cut (cut pertama).

Selama proses kerja post produksi, sutradara dan editor akan membicarakan beberapa problem yang dialamidan mencari solusinya bersama. Misalnya, jika salah satu shot yang diambil secara close-up bergeser jauh beberapa saat dari fokus, mereka akan menutupinya dengan cara memotongnya sedikit jika tidak memilikitake close-uplainnya yang baik. Ketika melakukan editing pada cut awal, sutradara akan mempertimbangkan rekomendasi produser, akan tetapi tetap berusaha menyesuaikan keinginannya terhadap keseluruhan gambar.


Produser biasanya ikut campur tangan, khususnya jika sutradara dan editor menetapkan akan melakukan syuting ulang. Jika seluruh adegan yang di-shot dan cut awal telah terselesaikan, produser biasanya akan menyetujuinya atau produser akan ikut terjun bersama editor dan atau sutradara untuk membuat perapihan dan membuat film lebih baik (tahap penyempurnaan). Hasil produksi akhir adalah disebut cut final. Film kemudian siap untuk masuk ke proses sound editing, proses final arrasement music dan mixing.

Oleh : Ririn Widyastuti

Mahasiswi Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri Universitas Mercu Buana, Jakarta

SUMBER :

http://www.waena.org/index.php?option=com_content&task=view&id=3522&Itemid=47

http://ikeyputri.blogspot.com/2010/10/perkembangan-teknologi-perfilman.html

http://www.g-excess.com/494/aplikasi-komputer-grafis-melalui-teknologi-cgi-dibalik-film-animasi-computers/

http://outtaste.webnode.com/news/perkembangan-teknologi-pada-dunia-film/

http://ameliabelindasilviana.blogspot.com/2010/10/perkembangan-teknologi-perfilman.html

http://masbadar.com/2008/03/14/definisi-film-sinema-gambar-bergerak-motion-picture/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun