Mohon tunggu...
Ririn Anggraeni
Ririn Anggraeni Mohon Tunggu... Guru - Pekerja Biasa

Dulu pernah menggemari hujan pada akhirnya tidak pernah bertemu payung yang tepat. Tetap basah kuyup.

Selanjutnya

Tutup

KKN

Semua dalam Satu

17 Mei 2024   00:30 Diperbarui: 17 Mei 2024   00:42 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat sedang asyik membakar sampah sendirian dibelakang posko. Tiba-tiba Aku di kejutkan dengan seorang nenek yang siap menembakkan peluru di kepala. Kepala monyet maksudku. Hehe ...

Nek Raulah begitulah kami memanggil perempuan yang sudah sepuh itu. Beliau tinggal sendirian tepat disebelah posko yang kami tempati. Seperti kebanyakan para sepuh Nek Raulah pun lumayan misterius dan tak banyak bicara. 

Aku mengangkat tangan. Seperti istilah dalam perang pertanda menyerah dan siap menjadi sandera ketika melihat Nek Raulah mengarahkan senapan burungnya kearah ku. Aku hanya tersenyum menatap wajahnya yang dingin. Lalu perlahan mendekatinya. 

"Nek, disini memang banyak monyet liar ya?" Tanyaku ragu-ragu. Nek Raulah masih terdiam. Seram kali lah bikin deg-degan aja. Tiba-tiba Nek Raulah menarik tangan ku lalu ia memberikan senapan itu. Tatapannya bisa ditebak. Itu tatapan perintah. Aku yang biasa memegang pena pun  justru terkejut. Kali ini haruskah tugas ini ku ambil alih juga? Aku hanya berani bertanya dalam hati. Ngeri woy.

Lalu dengan napas yang masih tersengal Nadil teman ku yang gempal dan bertubuh jumbo pun datang. 


"Alhamdulillah, algojo sebenarnya telah datang" Ucapku pelan. Sambil tertawa kecil. Sebab kalau terbahak Nadil tau aku mengejeknya. Bisa habis aku dibantai Nadil dan Nek Raulah. 

Secepat kilat senapan angin itu ku berikan pada Nadil. 

"Dil, cepetan tembak monyetnya" bisikku pada Nadil. 

"Apaan sih, Rin?" Nadil menyodorkan kembali senapan itu kearah ku. 

Sementara mata Nek Raulah mengawasi gerak-gerik kami yang gelisah. Melihat kami yang ketakutan Nek Raulah mengambil kembali senapan burungnya. Dengan sigap menembakkannya kearah monyet-monyet yang suka makan tanaman Nek Raulah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten KKN Selengkapnya
Lihat KKN Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun