Mohon tunggu...
Rio Seto Yudoyono
Rio Seto Yudoyono Mohon Tunggu... -

Idenya sering aneh terkesan ngawur dan melawan arus. Visioner bukan, peramal jauh; tulisannya terkadang menyimpang dari pakem, senangnya "menganggu" orang ikut 'mikir, mencari jawaban atas tantangan yang dihadapi sekarang dan masa datang...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Kalender 2010 (habis)

16 Desember 2009   15:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:54 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Menghitung hari

Menghitung hari sejak hari ini 15, 14, 13, 12, 11, ... 4, 3, 2, 1, detik 7, 6, 5, 4, 3,  2, 1... dan bum, bum! Orang bertepuk tangan bersorak gegap gempita, telinga pekak oleh tiupan terompet dan letusan petasan, mata terpana oleh byar gebyar cahaya kembang api di langit atas sana. Semua bersuka cita menyambut tahun baru. Bulan (purnama!) tersenyum, mengiyakan warga dunia segera mewujudkan keinginannya, kesehatan lebih baik, karir lebih baik, cinta lebih baik, ekonomi lebih baik... semua yang baik-baik, lebih baik. (Kalau saja bulan bisa 'ngomong, purnama dua kali di Januari!)

Habis, benar tinggal sehari lagi usailah sudah tahun 2009.

Apa yang telah kita capai tahun kemarin? Kita semua dianugerahi hadiah sama besar, sama banyak. Adil, tanpa kecuali. Mengapa hasil bisa berbeda? Ada jadi tambah pintar, ada jadi tambah kaya, ada jadi bukan apa-apa, malah berkurang kian miskin dan papa dalam pikiran dan jiwa. Semoga pengalaman lalu sanggup membukakan mata hati dan pikiran kita, setiap detik sangatlah berharga. Kita lalai dengan menyia-nyiakan waktu yang begitu bernilai. Sungguh merugi. Manfaatkan sebaik-baiknya karena tak mungkin meminjam besok untuk dipakai hari ini, tidak bisa menarik kemarin kembali untuk diperbaiki. Hari ini adalah hari ini. (Segera jadi kemarin dan basi.)

Tak ada yang perlu disesali, bahkan patut disyukuri, kita berhasil melewati satu masa tanpa kurang suatu apa.

Kalender 2010

Membuat sendiri, kenapa mesti capek? Beli saja, bodoh! Tak seberapa memang, apalah arti selembar kertas tercetak angka dan nama bulan. Bukan, bukan itu maksudnya. Kita terbiasa manja dengan serba ada dan tersedia. Dengan membuat, ingin belajar dan menguji diri sendiri menjadi lebih faham dan respek terhadap waktu, sebuah aset terabaikan tak ternilai yang sukar diukur dengan apa pun.

Putus kata, kalender pun dirancang.

Tak ada yang menghalangi. Teknologi printer dan kertas cetak begitu canggih, sebentar saja berubah dalam bilangan bulan. Demikian pula teknologi kamera digital yang sudah sanggup menciptakan foto bagus-bagus. Program kalender juga banyak. Umumnya berbayar; yang gratis tidak bisa diindonesiakan, yang bisa tidak sesuai selera. Repot juga, ya.

Satu program pun dibedah. Halah, cuma sebegini toh! Kerangka jadi, tinggal konten. Memenuhi selera pembaca Kompasiana yang begitu beragam perlu kompromi. Inilah dia di samping kiri.

Horee, ... kalender 2010 jadi!

Ada hari libur nasional kita, tanggal bulan purnama, zodiak, hari penting dunia terkait kehidupan kita air, lingkungan, kesehatan (bebas tembakau), udara (karbon), tak lupa, hari ulang tahun Kompasiana!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun