Dunia hanya bisa menahan napas. Namun Iran tidak.
Serangan Balik Iran
Iran membalas dengan peluncuran ratusan rudal balistik, menandai dimulainya konfrontasi langsung paling brutal dalam sejarah kedua negara sejak Revolusi Iran 1979.
Rudal-rudal itu menghantam sejumlah lokasi sipil, termasuk sebuah apartemen di kawasan pemukiman Ramat Gan dan sebuah gedung bertingkat di pusat kota Tel Aviv yang mengalami kerusakan berat di beberapa lantai.
Militer Israel mengklaim telah berhasil mencegat sebagian besar rudal yang ditembakkan oleh Iran, dengan bantuan sistem pertahanan udara canggih dan dukungan dari militer Amerika Serikat.
Dua pejabat AS mengonfirmasi bahwa pasukan mereka turut serta dalam mencegat rudal Iran yang mengarah ke wilayah Israel, menunjukkan bahwa konflik ini berpotensi menyeret kekuatan global ke dalam pusaran konflik regional.
Sementara itu, kantor berita IRNA melaporkan bahwa peluncuran rudal oleh Iran adalah bentuk perlawanan sah terhadap agresi brutal yang dilakukan Israel.
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, dengan suara lantang menyatakan bahwa Israel telah "memulai perang" dan Iran hanya menjalankan haknya untuk membela diri.
Amir Saeid Iravani, Duta Besar Iran untuk PBB, menambahkan dimensi kemanusiaan dalam pernyataannya. Ia menyebut serangan Israel telah menewaskan 78 orang, termasuk pejabat militer dan warga sipil, serta melukai lebih dari 320 orang.
Kini dunia berada di persimpangan berbahaya. Apakah ini akan menjadi awal dari perang skala penuh di Timur Tengah yang dapat melibatkan negara-negara besar lainnya?
Atau apakah diplomasi masih bisa menyusup di antara puing-puing bangunan dan suara sirene yang meraung di Tel Aviv dan Teheran?