Peter Parker tidak akan membalas dendam meski bisa. Ia tidak akan meninggalkan seseorang hanya karena tak menguntungkan. Ia tetap peduli bahkan ketika hatinya sendiri sedang kosong. Dan itu adalah kekuatan paling langka yang dimiliki manusia.
Itulah kenapa jika suatu saat benar-benar ada Spider-Man yang lahir di dunia nyata, kita harus berharap dia tidak hanya mewarisi kekuatannya, tapi juga hatinya.
Dunia saat ini tidak butuh lebih banyak pahlawan berotot. Kita butuh lebih banyak manusia yang bisa menjaga hati.
Maka jika hari ini kamu merasa bukan siapa-siapa, tidak dipuja, tidak dianggap, bahkan sering gagal, ingatlah Peter Parker. Dia pun seperti itu.
Godaan Venom untuk Menjadi Gelap
Simbiot hitam itu bukan hanya mengubah warna kostumnya, tapi juga hampir menghancurkan sisi baik dalam dirinya. Ia jadi lebih kuat, lebih cepat, lebih agresif. Tapi juga jadi lebih kasar, lebih egois, dan semakin menjauh dari siapa dirinya sebenarnya.
Venom bukan hanya makhluk luar angkasa. Ia adalah simbol dari ego, dendam, dan keinginan untuk membalas sakit hati dengan kekuatan.
Saat Peter memakainya, dia merasa tak terkalahkan. Tapi perlahan, dia kehilangan siapa dirinya. Ketika dia menyakiti orang lain, dia menyadari bahwa kekuatan bukan segalanya. Yang lebih penting adalah bagaimana kita menggunakannya.
Bukankah kita juga sering mengalami hal yang sama?
Kita tahu rasanya digoda untuk membalas ketika disakiti. Kita ingin terlihat kuat saat diremehkan. Kita ingin menang dengan cara apa pun. Tapi seperti Peter, jika kita membiarkan "Venom" menguasai kita, bisa jadi kita menang dari luar namun kalah dari dalam.
Peter akhirnya menolak kekuatan gelap itu, meski berarti ia harus kembali lebih lemah. Tapi ia memilih untuk kembali menjadi manusia, bukan monster. Dan itu adalah kemenangan yang sesungguhnya.