Ramadan selalu identik dengan momen berbuka puasa bersama atau yang sering disebut bukber. Acara ini menjadi ajang reuni, mempererat silaturahmi, dan merayakan kebersamaan. Namun, sayangnya, di beberapa kesempatan, bukber malah berubah fungsi.Â
Fenomena bukber yang berubah arah memang sering terjadi tanpa disadari. Alih-alih menjadi ajang berbagi kebahagiaan, suasana malah dipenuhi dengan obrolan yang jauh dari nilai-nilai Ramadan.Â
Salah satu kebiasaan yang sering terjadi adalah ghibah, alias membicarakan orang lain di belakang. Entah karena sudah lama tidak bertemu atau karena merasa terlalu nyaman dengan suasana pertemanan, mulut jadi terlalu ringan untuk membahas kehidupan orang lain.
Mulai dari membicarakan teman lama yang "katanya" sudah berubah, bos yang menyebalkan, hingga tetangga yang punya masalah rumah tangga.
Pertanyaannya, apakah kita benar-benar berkumpul untuk berbagi kebaikan, atau hanya sekadar menjadikan bukber sebagai ajang buka aib orang lain?
Kenapa Ghibah Sering Terjadi di Bukber?
Pertanyaannya, apakah kita benar-benar berkumpul untuk berbagi kebaikan, atau hanya sekadar menjadikan bukber sebagai ajang buka aib orang lain?
Saat bertemu dengan teman lama, ada dorongan untuk mengenang masa lalu, termasuk membicarakan orang-orang yang dulu pernah ada di sekitar kita. Sayangnya, nostalgia sering berubah menjadi sesi membandingkan kehidupan orang lain.
Ada juga orang yang ingin terlihat update. Beberapa orang merasa perlu menunjukkan bahwa mereka tahu banyak hal tentang kehidupan orang lain. Alhasil, mereka mulai membicarakan kabar teman atau rekan kerja dengan cara yang tidak pantas.
Banyak yang menganggap ghibah sebagai sesuatu yang ringan, padahal dalam Islam, membicarakan keburukan orang lain itu diibaratkan seperti memakan bangkai saudara sendiri. Tapi karena dilakukan sambil tertawa dan suasana santai, akhirnya ghibah dianggap hal yang biasa.
Jika dalam satu kelompok ada orang yang memulai ghibah, biasanya yang lain ikut terbawa. Bahkan, ada yang merasa canggung jika tidak ikut dalam pembicaraan. Akibatnya, obrolan yang awalnya ringan bisa berubah menjadi ajang membuka aib tanpa sadar.