Salah satu hal yang sering saya lihat dalam review makanan adalah perbandingan langsung dengan produk lain. Misalnya, seseorang mencoba ayam goreng di tempat Z, lalu berkata:
"Ayam goreng di sini biasa saja, masih lebih enak di restoran A."
Tanpa disadari, kalimat seperti ini bisa memberi dampak negatif bagi restoran Z, terutama jika perbandingannya tidak seimbang. Setiap tempat makan punya keunikan masing-masing.
Perbandingan itu sah-sah saja, tapi harus dalam konteks yang adil dan tidak terkesan meremehkan.
Sebagai seseorang yang jarang menulis ulasan makanan, saya sadar bahwa kata-kata yang saya pilih bisa berpengaruh besar. Saya ingin menyampaikan pendapat dengan nyali, tapi tidak menyakiti.Â
Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan kata-kata yang membangun. Kata-kata yang membangun tetap menyampaikan pendapat secara jujur, tetapi tidak merugikan pihak lain.
Menghargai Usaha di Balik Sebuah Hidangan
Sebelum saya menulis ulasan, saya selalu mencoba untuk melihat dari perspektif yang lebih luas. Makanan yang saya cicipi bukan sekadar sebuah hidangan di atas piring.
Ada tenaga, waktu, dan usaha di baliknya. Ada koki atau pemilik usaha yang telah berjuang menciptakan resep terbaik. Ada pegawai yang bekerja keras agar makanan sampai ke meja pelanggan dengan baik.
Saat saya menyadari hal ini, saya menjadi lebih berhati-hati dalam memberikan kritik. Saya tetap ingin jujur, tetapi juga ingin memberikan apresiasi terhadap usaha mereka.
Sebagai seseorang yang netral dan tidak sering menulis review, saya ingin memastikan bahwa pendapat saya tidak merugikan siapa pun.
Jika saya merasa makanan yang saya coba kurang sesuai selera atau sudah berada dilevel terburuk saya, saya lebih memilih untuk tidak membeli dan mendatangi tempat itu lagi.