Mohon tunggu...
rionpapilon gultom
rionpapilon gultom Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - PELAJAR

saya senang atau hobi bermain volly, saya orang yang terbuka.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Michel Foucault dan Pemikirannya

29 November 2022   23:05 Diperbarui: 29 November 2022   23:10 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Michel Foucault lahir 15 Oktober 1926 di Poitiers; 25 Juni 1984 tanggal kematian di Paris. Dia mulai belajar filsafat di Lycee Henry-IV di Paris pada tahun 1945, dan pada tahun 1952, Institut Psikologi di Paris memberinya gelar diploma dalam psikopatologi. Pada tahun 1960, Universitas Clermont-Ferrand mempekerjakannya untuk mengajar psikologi, dan pada tahun 1962, ia dipromosikan menjadi profesor filsafat. 

Dia adalah seorang pemikir Prancis dengan pemahaman mendalam tentang bagaimana menafsirkan kekuasaan, seksualitas, dan pengetahuan. Ia adalah seorang pemikir yang tidak suka berpikir dalam kerangka strukturalis, hermeneutika, neostrukturalis, atau pengamat sejarah, misalnya. 

Meskipun dia membenci kata "intelektual", dia suka menganggap dirinya sebagai orang yang memutuskan kemampuan orang lain. Karena kontribusinya yang mendalam pada abad ke-20, Foucault adalah seorang pemikir yang signifikan.

Ia dipengaruhi oleh beberapa tokoh, seperti: Friedrich Nietzsche, Immanuel Kant, Karl Marx, Georges Canguilhem, Martin Heidegger, Georges Bataille, Maurice Blanchot, Gaston Bachelard, Jean Hyppolite, Georges Dumzil, Georg Wilhelm Friedrich Hegel, J. L. Austin, Gustave Flaubert. Tema utama dalam pemikiran Foucault adalah kekuasaan. 

Mengapa? Karena tema utama hampir semua karyanya adalah POLITIK dan KEKUASAAN. Penjelasan baru tentang kekuasaan ditawarkan yang sama sekali berbeda dari penjelasan ilmuwan sosial dan politik; Foucault tidak menyebut kekuasaan represif (Freud), perebutan kekuasaan (Machavelli, Marx), atau dominasi kelas sosial dengan penguasaan sumber daya ekonomi dan manipulasi ideologi berkali-kali (Marx). Ia menegaskan bahwa kekuasaan itu menyebar dan tidak bisa dilokalisasi. 

Kekuasaan berasal dari mana-mana dan hadir di mana-mana. Semua interaksi sosial diresapi dengan kekuatan. Anak-anak, remaja, dan dewasa; orang tua, anak, dan anggota masyarakat serta pemuka agama; Hanya kekuasaan yang beroperasi dalam relasi dan institusi pengetahuan yang beroperasi dan dimiliki oleh siapapun; Kekuasaan memiliki sifat produktif bukan refressif. Hubungan antara pengetahuan dan kekuasaan bersifat timbal balik. Pengetahuan diartikulasikan dalam kekuasaan, sedangkan kekuasaan diartikulasikan dalam pengetahuan. 

Pengetahuan dihasilkan melalui kekuasaan. Pengetahuan dan kekuasaan berjalan beriringan. Kekuasaan harus digunakan untuk memajukan pengetahuan. Kekuatan dan keahlian pernyataan ilmiah terkonsentrasi. Kebenaran bukanlah kekuatan yang konstan melainkan kekuatan yang dinamis dalam sejarah. 

Konflik, paksaan, dan banyak hubungan semuanya menghasilkan kebenaran. Rezim kebenaran benar-benar diwujudkan dalam pengetahuan sains, menurut penelitian Foucault yang dilakukan di rumah sakit dan penjara. Foucault mengingatkan kita untuk tidak memahami kekuasaan sebagai:

Institusi dan mekanisme yang memastikan ketaatan pada subordinat dalam satu negara, Modus penundukkan yang berbeda dengan kekerasan, dan mengambil bentuk yuridis, Sistem dominasi satu kelompok tertentu pada seluruh tatanan kehidupan masyarakat.

Arkeologi Pengetahuan merupakan salah satu model pendekatan untuk menganalisis sejarah. Pendekatan ini ditulis Foucault dalam bukunya, The Archeology of Knowledge. Unsur diskontinuitas peristiwa sejarah yang diteliti menjadi penekanan utama pendekatan sejarah Arkeologi Pengetahuan.

Foucault juga menyebutkan empat perbedaan antara arkeologi pengetahuan dan sejarah pemikiran.

  • Sejarah pemikiran lebih banyak berkonsentrasi pada penemuan pemikiran-pemikiran baru, termasuk pengaruh pemikiran terdahulu terhadap pemikiran sesudahnya.
  • Sejarah Pemikiran lebih berorientasi pada esensi atau substansi sebuah pemikiran daripada tingkat permukaannya. Sedangkan Arkeologi Pengetahuan mengungkapkan seluruh kontradiksi yang terdapat dalam setiap diskursus pemikiran, tidak memilah antara esensi dan permukaan.
  • Sejarah pemikiran lebih menganggap dua hal sebagai variable sebab-akibat, sedangkan Arkeologi Pengetahuan mengkomparasikan, bukan mempengaruhkan antara satu dengan lainnya.
  • Ketika esensi dua pemikiran dianggap sama, dalam Sejarah Pemikiran hal itu dapat dijustifikasi sama. Dengan demikian, perbedaan-perbedaan yang sebetulnya masih terdapat didalamnya seringkali ditutup-tutupi. Hal ini berbeda dengan Arkeologi Pengetahuan yang menampilkan perbedaan-perbedaan secara utuh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun