Mohon tunggu...
Mario Manalu
Mario Manalu Mohon Tunggu... Editor - Jurnalis JM Group

A proud daddy

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Kopi Trotoar dan Semangat Perubahan Jokowi

21 Oktober 2019   17:28 Diperbarui: 22 Oktober 2019   08:57 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasa malam Minggu di sebuah gerai kopi bernama KOPITRO di Matraman, Jakarta Timur (Dok. Pribadi)

Semangat Perubahan

Jokowi layak diapresiasi tinggi karena berandil besar menciptakan iklim untuk pertumbuhan usaha-usaha kreatif seperti ini. Tentu butuh penjelasan panjang untuk membuat pujian ini rasional, bukan berlebihan. 

Tapi ingatlah, karakter seorang pemimpin berperan besar menentukan perilaku sosio-ekonomi masyarakat yang dipimpinnya.

Pemimpin yang permisif terhadap nepotisme, suap, birokrasi amburadul dan suka mempekerjakan anak buah bermental ABS, akan menciptakan masyarakat yang berorientasi pada kerja-kerja bancakan; orang-orang akan memusatkan energinya mencari jalan mendapatkan uang dengan cepat, dan kalau bisa tanpa berkeringat.

Orang-orang kreatif dan pekerja keras akan kehilangan motivasi dalam kondisi seperti ini karena pada akhirnya pemenang persaingan ekonomi adalah mereka yang dekat dengan kekuasaan, keluarga pejabat, pandai menjilat atau punya modal kuat membayar "uang pelicin" untuk mendapatkan konsesi. 

Cukup fair mengatakan bahwa di era Jokowi praktek-praktek seperti ini memang masih ada tapi tak semasif dulu bahkan telah jauh berkurang.

Kalau akrab dengan dunia hiburan malam, akan mudah menemukan bukti konkrit perubahan tersebut. Lihatlah dalam beberapa tahun terakhir, peredaran uang di tempat-tempat hiburan malam berkurang drastis. 

Bahkan banyak usaha hiburan yang bangkrut. Uang yang beredar di tempat-tempat seperti itu mayoritas bersumber dari kerja-kerja bancakan yang tak membutuhkan keringat dan kerja keras. Tak banyak orang mau menghambur-hamburkan uang yang didapatnya dengan penuh jerih payah dan kerja keras melalui jalur halal.

Dalam berbagai forum diskusi Jokowi sering dikritik karena gagal mengelola ekonomi. Indikator yang digunakan adalah daya beli masyarakat menurun sebagaimana tampak di tempat-tempat hiburan tadi dan di berbagai pusat belanja.

Banyak orang lupa bahwa peredaran uang yang menurun di pasar konsumsi tak selalu mencerminkan melemahnya fundamen ekonomi masyarakat. Dulu uang-uang bancakan mengalir lancar ke tangan para penikmat yang segera menghamburkannya sehingga membuat peredaran uang di sektor riil terasa cepat. 

Sekarang, dengan pengelolaan anggaran lebih baik, semakin banyak uang mengalir ke tangan orang-orang yang berpikir jangka panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun