Kerusuhan pada beberapa bulan terakhir tepatnya di bulan mei,21 dan 22 mei 2019.Tentu menjadi sorotan seluruh mata dunia terhadap kedaulatan bangsa kita, yang dimana bangsa kita dikenal dengan pancasila slogan dari kekeluargaan. Demonstrasi tersebut berkaitan dengan penolakan hasil penghitungan suara pemilihan Presiden Indonesia 2019.
Bentrokan massa dengan aparat dan kerusuhan terjadi di beberapa tempat di Jakarta sejak tanggal 21 Mei malam. Terdapat oknum yang diduga sebagai penumpang gelap demokrasi. Mereka tak henti-hentinya memprovokasi aparatur keamanan negara yang tengah berjaga, memancing agar bertindak represif.
Karena kejadian ini rakyat makin waspada terhadap provokasi-provakis yang merugikan beberapa pihak. Sebab provakator tersebut mempunyai beberapa hal membuat rakyat semakin percaya terhadap pemerintahan jokowi yang diduga menyabotase pemilu sehingga banyak hak suara yang dicobloskan ke TPU terdekat, seperti halnya di papua yang tidak sampai ke desa desa kecil. Dari hal ini tentu rakyat marah yang tentu saja didominasi umat islam yang sedang berpuasa yang tidak terima akan pemerintahan jokowi.
Akhirnya mereka menggunakan trik untuk menggoyahkan umat islam yang dikaitkan ke perang badar yang berbunyi "Kami siap mati buat jihad" ini adalah kalmat provokasi yang diucapkan beberapa oknum oknum provakator.mereka juga menyebutkan diri mereka adalah Gerakan Nasional Kedaulatan Rakyat (GNKR) terus memprovokasi brimob dengan meneriakkan kecurangan yang dilakukan polisi saat proses Pemilu 17 April 2019 lalu.
Alhasil, konflik antara massa dengan aparat keamanan tak bisa lagi diredam. Brimob mulai menembakkan gas air mata ke arah demonstran, supaya massa segera membubarkan diri karena waktu demonstrasi telah usai. Namun, hal tersebut tak digubris. Sekelompok massa aksi justru balik melempari aparat keamanan dengan batu, botol, petasan bahkan bom molotov berterbangan ke arah brimob.
Dari jam ke jam suasana di Bawaslu semakin mencekam. Konflik di antara keduanya bertambah sengit. Beberapa massa terlihat berhasil menembus pagar kawat berduri, mereka melempari brimob agar bergerak mundur ke dalam Bawaslu. Ada juga massa aksi yang terlihat membakar ban di tengah Jalan MH Thamrin, dan melakukan pengerusakan pos polisi dengan sengaja.
Akhirnya kelompok provokator ini didapatkan juga yaitu diduga adalah  dua kelompok yang menunggangi aksi unjuk rasa tanggal 21-22 Mei. Kelompok pertama adalh simpatisan ISIS. Kelompok kedua dari mereka yang memiliki senjata api, Ujar Kapolri Tito Karnavian.