Mohon tunggu...
Rinto Suppa
Rinto Suppa Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Saya adalah seoarang Dosen yang wajib berkarya dalam menulis.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Korona Melanda, Keuangan Harus Tetap Terjaga

11 April 2020   23:03 Diperbarui: 11 April 2020   23:13 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Dilansir dari www.covid19.go.id per tanggal 11 April 2020, jumlah positif Covid-19 di Indonesia sudah mencapai 3.842 orang. Hanya selang enam hari atau terhitung sejak tanggal 5 April ini, kenaikan sudah mencapi 1.500 orang lebih. Khawatir? Pastinya ia, tapi jangan berlarut-larut dan berlebihan! Berita tersebut seharusnya membuat kita menjadi lebih waspada dan menjaga diri beserta orang lain agar terhindar dari penyakit yang lagi tren tersebut, jangan malah membuat kepanikan besar yang mungkin memperburuk keadaan. Ketika kita merasa resah, mental menjadi terpuruk, akhirnya imun menurun, dan hal ini akan memperbesar peluang Covid-19 atau penyakit yang lain menimpa diri kita di saat yang kurang menguntungkan sekarang ini.

Lalu, bagaimana supaya kita bisa terhindar dari ancaman Covid-19? Jawabannya mudah, ikuti saja imbauan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Stay at home, work from home, social distancing, sering cuci tangan, dan gunakan masker saat keluar rumah dan sebagainya adalah beberapa instruksi yang diperkenalkan dan dianjurkan oleh pemerintah untuk mengurangi atau memutus rantai penyebaran virus tersebut. Kita sebagai masyarakat yang baik harus mematuhi anjuran ini demi mendukung dan melancarkan program Pemerintah Indonesia demi memberantas virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 itu.

Kenyataannya, ternyata imbauan tersebut hanya tinggal imbauan yang menjadi slogan tanpa arti di masyarakat. Banyak masyarakat yang tak menghiraukannya dengan berbagai alasan, dampaknya adalah Covid-19 masih belum terbendung dan malah semakin besar kasusnya. Mengantisipasi hal itu, maka Presiden mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19, yang direspon oleh Kementerian Kesehatan sebagai eksekutor peraturan itu dengan mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019(Covid-19). Adapun pelaksaanaan PSBB menurut Permenkes tersebut antara lain adalah, diliburkannya sekolah dan tempat kerja, pembatasan aktivitas keagamaan, pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum, pembatasan kegiatan sosial dan budaya, pembatasan moda transportasi, dan pembatasan aktivitas lainnya yang khusus terkait aspek pertahanan dan keamanan.

Menurut Kompas.com tanggal 10 April 2020, daerah Jabodetabek akan memberlakukan PSBB terlebih dahulu. Kenyataannya, Jabodetabek memang merupakan titik episentrum merebaknya Covid-19 di Indonesia dan sudah ditetapkan sebagai zona merah akibat banyaknya kasus Covid-19 yang disumbangkan daerah itu. Secara garis besar, pemberlakuan PSBB dan pemberlakuan social distancing(tanpa skala besar) adalah sama, yaitu pembatasan aktivitas, perbedaannya hanya cuma konsekuensi pelanggarannya saja. Jadi daerah-daerah lain yang belum memberlakukan PSBB namun sudah merasakan dampak dari Covid-19, pada dasarnya sama, yaitu masyarakatnya merasakan pembatasan aktivitas yang diberlakukan oleh pemerintahan daerah setempat.

Akibat dari pembatasan tersebut (pemberlakuan PSBB atau tidak), aktivitas sehari-hari tidak berjalan dengan semestinya, masyarakat jadi susah dan kurang nyaman untuk keluar rumah, banyak aktivitas menjadi lengang, terutama kegiatan yang dapat mengundang kerumunan orang. Akibatnya, aktivitas ekonomi yang mengikut pada kegiatan-kegiatan tersebut juga menjadi lesu. Orang kantoran diliburkan, karyawan kontrak dirumahkan, para pedagang tak berjualan, dan buruh harian tak lagi dapat pekerjaan. Karena hal demikian, ada yang tidak mendapatkan bonus tambahan lagi, ada yang pendapatannya berkurang drastis, dan ada pula yang bahkan tidak mendapatkan pemasukan sama sekali. Keadaan yang tidak menentu seperti ini harus disikapi secara tenang, proporsional dan tak mementingkan diri sendiri. Jangan sampai terjadi kesalahan fatal yang berimbas kepada diri sendiri dan keluarga, atau lebih parahnya akan berdampak luas pada kehidupan masyarakat yang mengakibatkan krisis sosial dan ekonomi akibat keegoisan dan panik berlebihan oleh kumpulan individu secara bersamaan dalam ruang dan waktu yang sama.

Memang perlu kreativitas dan kiat-kiat tertentu dalam menghadapi keadaan sulit seperti ini agar sitem keuangan masih tetap stabil sehingga dapat bertahan hidup sebagaimana semestinya. Menerapkan perilaku cerdas tersebut, perlu dilihat apa saja yang akan dilakukan dan bagaimana cara penerapannya karena keadaaan setiap masyarakat itu berbeda. Oleh karena itu, secara umum, penulis akan membagikan dua kelompok masyarakat yang paling terdampak, pertama yaitu kelompok yang berpenghasilan tetap setiap bulannya, misalnya: PNS, karyawan BUMN, karyawan swasta, atlet propesional, dan sebagainya, dan yang kedua yaitu kelompok yang tidak berpenghasilan tetap atau berpenghasilan harian, contohnya: buruh kontrak, pedagang kecil dan menengah, tukang parkir, sopir, buruh pasar/pelabuhan, dan sebagainya. Berikut adalah tips-tipsnya:

Buat Kelompok Berpenghasilan Tetap

  1. Taatilah aturan yang diberlakukan oleh pemerintah demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19! Jika masyarakat belum disiplin dalam mengikuti instruksi pemerintah, bisa dipastikan penyakit ini belum akan bisa terbendung. Akibatnya, situasi pandemi seperti sekarang ini masih akan kita rasakan dalam waktu yang lama. Kehidupan serba sulit juga akan terus berlanjut, dampaknya secara luas membuat ekonomi semakin tidak menentu yang imbasnya dirasakan kembali oleh masing-masing individu termasuk diri sendiri dan keluarga kita. Jika ekonomi sulit dan tak menentu, maka stabilitas keuangan kita juga akan terbengkalai.
  2. Pergunakan uang seefektif mungkin dan prioritaskan pengeluaran untuk kebutuhan pokok saja! Tanpa disadari, kebiasaan yang kita lakukan setiap hari akan mempengaruhi cara kita dalam mengambil sikap dan tindakan. Jika dalam keadaan normal, ada saja transaksi uang  yang dilakukan, seperti untuk transportasi, tamasya bersama keluarga, nongkrong di café dan makan di restoran, memberikan anak uang jajan ke sekolah, sampai pembelian alat dan bahan make-up pun sering terjadi. Namun, pada saat pandemi Covid-19 sekarang ini, hal-hal tersebut mungkin saja tidak akan kita lakukan sama sekali. Untuk itu, seyogyanya pengeluaran seperti itu bisa kita konversi dan manfaatkan untuk hal-hal yang penting saja dulu, mengingat pemasukan sangat terbatas dan tidak ada tambahan pemasukan lebih. Kita cukup memikirkan hal-hal pokok saja, seperti untuk makanan dan minuman, air, listrik, cicilan (jika ada), dan hal-hal yang mendukung program Work From Home seperti pulsa telepon, dan kuota internet. Untuk hal-hal yang bersifat tidak genting atau sekunder, sebaiknya ditunda dulu sampai keadaan kembali normal.
  3. Hilangkan rasa jenuh! Rasa jenuh ini bisa kita rasakan sendiri saat tak lagi beraktivitas dengan biasanya dan harus terpaksa tinggal di rumah tanpa melakukan apa-apa, hanya sebatas menonton  TV atau membaca berita di internet saja. Di saat demikian, maka yang akan muncul dari pikiran kita kebanyakan cuma ketakuan akan Covid-19. Jika terus berlanjut, kemungkinan besar masuk ke dalam tahapan yang dinamakan stres, dimana pikiran sudah menjadi kacau dan kurang kontrol. Bukan tidak mungkin, ketika hal demikian terjadi, malah membuat kita tak bisa berpikir cerdas lagi dan akhirnya pengeluaran pun tak terkontrol sehingga isi dompet cepat terkuras. Untuk menghalau perasaan tersebut, kita harus bekerja dan beraktivitas. Bisa dimulai dari menuntaskan pekerjaan kantor yang dapat diselesaikan dari rumah, melakukan hobi yang bisa dilaksanakan di rumah, seperti: bernyanyi, menulis, memasak, main game, dan sebagainya, berbagi (termasuk memandu anak dalam tugas sekolahnya) dan bermain bersama keluarga tercinta di rumah agar ikatan semakin erat, memanfaatkan  dan menggunakan teknologi yang ada di rumah yang dapat menghibur diri, contohnya: melakukan video call atau video conference kepada keluarga jauh atau mengunakan alat-alat untuk olahraga, dan yang terakhir adalah mencoba dan mempelajari hal baru, misalnya: mencoba berkebun secara hidroponik (jika lahan sempit), belajar untuk melek teknologi komunikasi, dan belajar membuat aplikasi berbasis web ataupun android.
  4. Jika memungkinkan, kembangkan kreativitas yang mendatangkan penghasilan! Di saat inilah waktunya kembali mengembangkan talenta, dimana saat kondisi normal, kita hanya disibukkan dengan tugas pokok pekerjaan saja yang mungkin sama sekali tidak berhubungan dengan jurusan kita pada saat kuliah atau tidak berkaitan dengan talenta/keterampilan yang  dimiliki. Misalnya anda sebagai menager pemasaran di sebuah perusahaan, tetapi sebenarnya anda dulunya adalah seorang Sarjana Pendidikan Bahasa Inggris, maka, bisa saja membuat kelas online berbayar untuk belajar Bahasa Inggris, atau anda seorang guru matematika tapi anda juga mempunyai keterampilan dalam menjahit pakaian, maka anda bisa menjahit sesuatu yang dibutuhkan saat sekarang ini seperti masker kain dan sebagainya, lalu dijual secara daring.

Untuk Kelompok Berpenghasilan Tidak Tetap atau Berpenghasilan Harian

  1. Harus tetap menaati peraturan yang diberlakukan oleh pemerintah dalam rangka penanganan Covid-19! Walaupun sangat berat karena mempengaruhi keberlangsungan hidup bagi sebagian kalangan, namun protokol penanganan Covid-19 harus tetap dipatuhi oleh semua masyarakat demi mempercepat pandemi ini berakhir dan keadaan kembali normal, sehingga rakyat bisa kembali bekerja atau mencari uang dengan mudah, aman, dan nyaman.
  2. Menekan pengeluaran! Sampai sekarang belum diketahui kapan darurat Covid-19 ini akan berakhir, karena itu, bagi masyarakat yang pendapatannya menjadi sangat berkurang bahkan sampai tidak ada, jalan satu-satunya adalah melakukan penghematan supaya bisa tetap bertahan di masa-masa sulit seperti ini. Fokuskan pengeluaran hanya untuk keperluan pokok saja, beli secukupnya dan jangan boros. Manfaatkan setiap rupiah  yang masih dimiliki untuk menunjang hidup di hari-hari berikutnya.
  3. Selalu cari tahu kebijakan-kebijakan pemerintah terkait situasi darurat Covid-19 dan jangan mudah termakan hoaks! Seperti yang kita ketahui, pemerintah tidak tinggal diam dalam melihat masalah masyarakat yang serba sulit sekarang ini. Demi mengantisipasinya, pemerintah banyak mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang sangat membantu bagi kalangan terdampak. Yang perlu dilakukan adalah rajin mencari tahu kebijakan-kebijakan tersebut, baik mengenai penangguhan cicilan, bantuan secara tunai, atau bantuan berupa sembako yang bisa sangat menolong di situasi yang tak menentu ini.
  4. Jika merasa simpanan tak bisa lagi bertahan lama, untuk sementara beralihlah ke pekerjaan yang dapat dilakukan di saat darurat Covid-19 ini! Contohnya adalah menjadi pedagang online atau kurir online. Beritahu mereka bahwa “kalian cukup di rumah saja biar kami yang antar”, namun ketika melakukan pekerjaan anda, tetap terapkan jaga jarak dan menggunakan masker serta rajin cuci tangan. Dengan demikian secara tidak langsung anda mendukung program pemerintah karena membuat orang di lingkungan anda stay at home.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun