Inilah salah satu dampak dari aktivitas perpolitikan kita. Yang benar dikatakan salah dan yang salah dikatakan benar. Yang tak ada diada-adain, sedengkan yang  betul-betul ada di lain-lainkan alias arahan isunya menembak yang lain, menjatuhkan orang lain dan pelbagai hal lainnya. Demi mencapai satu hal ini, yaitu kekuasaan.
Seakan tak ada masalah jika melakukan banyak kecurangan, banyak tuduhan, banyak fitnah, banyak berita bohong atau hoaks, banyak ancaman demi yang satu itu lagi,mencapai nikmatnya yang namanya kekuasaan.
Dimana bila kita coba rincikan dan bahkan sudah ditangkap oleh kepolisian, seperti penyebar berita bohong tentang adanya tentara sipit di gabungan aparat pengaman pada aksi demo 22 Mei. Aksi seruan penggal kepala Jokowi. Dimana akhirnya rata-rata si pelaku mengaku khilaf dan akhirnya minta maaf.
Lalu kini ada lagi berita viral yang diunggah oleh salah satu netizen yang ingin menggiring opini publik tentang kemungkinan adanya pelanggaran HAM pasca kerusuhan lalu. Dimana seperti yang dilansir oleh news.detik.com (24/5/2019), akun Twitter @Sabilussalam2 memposting kematian seorang yang bernama Margaretha Nainggolan.
Berikut postingannya, "RIP... selamat jalan sahabat perjuangan Margaretha Nainggolan, semoga tenang di Surga NYA... Terima kasih atas perjuanganmu untuk kita semua, walaupun kita berbeda keyakinan demi membela ketidak adilan kejahatan dan kecurangan... Almarhumah ini meninggal kemarin pkl 19:15,"
Sontak orang yang ada dalam foto tersebut-pun sangat keberatan dengan adanya postingan dirinya yang dikabarkan meninggal tersebut. Dia-pun langsung melaporkan perihal tentang dirinya yang dikabarkan  meninggal ke Polsek Tangsel.
Dan ternyata orang yang ada dalam foto tersebut bukan bernama Margaretha Nainggolan melainkan Febina Friscila. Kasat Reskrim Polres Tangsel AKP Alexander Yurikho mengatakan pihaknya menerima aduan dari Febina Jumat (24/5) siang tadi. Dan  dalam aduan tersebut, benar Febina memberikan klarifikasi kepada polisi bahwa berita tersebut tidak benar.
Entah apalah yang dipikiran dari si pemosting foto tersebut? Masak mengabarkan orang yang hidup dibilang meninggal. Seolah-olah mendramatisir bukan satu agama tapi seolah-olah ikut membela rasa ketidakadilan itu.  Ingin membuktikan dan menyatakan  adanya kecurangan di dalam sistem berdemokrasi kita terus-menerus.  Padahal nyatanya khusus untuk pemberitaan tersbut zonk alias berita bohong. Kini pun kepolisian langsung mencoba memburu si pelaku yang memposting periha berita bohong tersebut.
Maka pantas saja Kominfo lebih memilih untuk menutup tiga media sosial berikut. Yakni Facebook, Instagram hingga WA. Sebab memang kemungkinan banyaknya berita-berita bohong akan semakin tersebar lagi.