Sebenarnya hati ini terganggu sekali dengan tulisan-tulisan yang demikian. Dimana hampir 3 hari berturut-turut  sejak keluarnya hasil survei dari litbang kompas, ada begitu banyak analisa dan tulisan dari rekan-rekan kompasioner yang lain tentang bagaimana Jokowi akan kalah, seandainya Jokowi kalah, bahkan malam ini saja satu artikel terpopuler kompas dengan sebuah tulisan terbilang wah dan dasyat, 2019 Jokowi "Mati".
Sangat terganggu dengan analisanya yang bisa dibilang hanya sepihak. Artinya dengan sudut pandang yang kebenarannya hanya setengah.  Tidak utuh dan tidak bulat. Kemudian mencoba mengkaitkannya  dengan kasus korupsi yang menimpa sosok Ketua Umum PPP yang memang jelas PPP berpihak kepada kubu 01 Jokowi Maruf.
Tapi coba kita pertanyakan diri kita, baiknya di negara kita ini seperti apa? Apakah suatu kondisi dimana para koruptor nya bisa ditangkap dan akhirnya bisa diproses hukum atau saat koruptor nya bisa semakin leluasa memakan dan mengambil uang rakyat?
Apakah pemerintah sekuat apapun dia, ataupun setegas apapun dia, apakah mungkin beliau bisa seratus persen langsung menghilangkan para koruptor atau maling uang rakyat ini? Apakah gejalanya bukan dari akibat pada pemerintahan zaman-zaman pemerintahan sebelumnya? Sehingga ketika dulu sudah mulai mengutil uang rakyat sedikit demi sedikit, dan sekarang jelas-jelas melakukan perampokan uang rakyat, apakah dia sebaiknya didiamkan?
Bisa dibilang era Jokowi adalah dimana para tampang yang sok suci tapi hatinya busuk akan segera terkuak dimana-mana. Ini adalah bagian dari proses pembersihan terhadap sisa-sisa pejabat yang berupaya memainkan uang rakyat.
Justru penulis sangat takut, saat sistem yang sudah dibangun jelas, akhirnya diobrak-abrik oleh pemimpin yang mungkin bisa dibilang belum jelas komitmennya terhadap korupsi dan kepada para koruptor.
Tidak kah bisa melihat bagaimana upaya Jokowi dan pemerintahannya banyaknya peraturan-peraturan daerah yang dipangkas? Hanya supaya bisa daerah dan pusat cepat sinerginya,cepat laporannya, cepat selesainya proyek dan pembangunan dikejar dan dikerjakan. Bagaimana Bapak Jokowi bisa dibilang pontang panting dari satu daerah ke daerah yang lain hanya untuk bisa melihat bagaimana proses dan kinerja yang sedang dikerjakan.
Bagaimana menit ini sudah di sini, menit berikutnya beliau mungkin sudah ada di sana. Bahkan untuk urusan ibadah untuk sholat bisa dibilang tidak akan terlewat sedetikpun.  Dan hal itupun sudah kita lihat sendiri juga. Bahkan sekalipun itu ada di tempat bencana,  urusan bersyukur dan melakukan ibadah sholat, Jokowi seakan tidak mengenal tempat? Baik di tenda di ruang terbuka, asal ada sajadah dan tempat pembersihan diri  sholat pasti ditunaikan.
Terlepas mungkin dukungan para penulis bisa dibilang akan mendukung selain Jokowi, tentu mungkin para penulis lainnya, coba bertanya kepada diri kita masing-masing. Â Pemimpin yang bagaimanakah yang akan kita pilih nantinya?
Apakah pemimpin yang cukup memberikan gagasan-gagasan besar tapi untuk implementasinya dari satu tahap ke tahap yang lainnya, tidak bisa dikerjakan alias buntu. Saya beri contoh saja dan bukan bermaksud menjelekkan, untuk program Bapak Gubernur DKI sekarang saja, seperti program naturalisasi sungai-sungai? Mengertikah arti naturalisasi sungai tersebut?
Dimana sempat saya baca di satu media, sampai kini stafnya di DKI sulit mengartikan dan mengimplementasikan di lapangan bagaimana konsep naturalisasi tersebut? Yang ada kebingungan dari para petugas atau pelaksana di lapangan. Jika sudah bingung, apakah akan bisa mengerjakan proyek tersebut?