Mohon tunggu...
Rinto F. Simorangkir
Rinto F. Simorangkir Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik dan lagi Ambil S2 di Kota Yogya dan berharap bisa sampai S3, suami dan ayah bagi ketiga anak saya (Ziel, Nuel, Briel), suka baca buku, menulis, traveling dan berbagi cerita dan tulisan

Belajar lewat menulis dan berbagi lewat tulisan..Berharao bisa menginspirasi dan memberikan dampak

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melatih Anak, Belanja Hemat Sekaligus Berdampak Bagi Lingkungan

25 Juni 2018   15:52 Diperbarui: 25 Juni 2018   16:02 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : dok pribadi

Dulu satu hal yang membuatku merasa bersalah. Bagaimana tidak, ketika diriku yang harus menanamkan untuk menjaga lingkungan kita tetap bersih dan nyaman, tapi tidak bisa lepas dari kenyataan ini. Yakni ketika harus membuang pampers anakku. Sebaiknya akan dibuang kemana atau apakah yang akan kulakukan terhadap salah satu masalah ini?

Dan mungkin bukan cuma diriku yang sudah mengalaminya. Ketika kondisi lingkungan kita yang memang diperkotaan, tentu tidak sulit untuk meletakkan sampah di tong sampah di depan rumah. Sebab akan ada orang yang akan mengambil rutin setiap harinya. Dan hal itu-pun terjadi kalau memang kotanya sudah menyiapkan sistem kebersihan yang baik di kota tersebut. Tapi jikalau tidak, apa yang akan terjadi?

Gak bisa kubayangkan, ketika suatu kota tidak memiliki sistem kebersihan yang baik, seperti adanya setiap hari truk sampah yang ambil sampah dari warganya. Maka akan jadi apa kota tersebut? Bahkan sampai pemprov DKI-pun harus rela mengeluarkan uang dan anggaran yang besar untuk bisa mengelola sampah ini dengan baik, yakni truk sampah maupun tempat sampahnya yang tersistem dengan sangat baik. Tidak menimbulkan bau, ataupun ada air yang menetes ketika akan diangkut untuk dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA).

Tapi kalau hidup di pedesaan apalagi kalau berada di pedalaman, mengenai masalah kebersihan, tentu belum terorganisir dengan sangat baik. Bersyukur kalau masyarakat pedesaan tersebut peduli akan lingkungan maupun kebersihan dari desanya. Tapi jikalau tidak ?

Apalagi ketika di suatu desa tersebut ternyata di tiap-tiap rumah belum memiliki septi tank untuk membuang kotoran. Apa jadinya jikalau masyarakat ketika membuang hajat mereka harus pergi ke tempat-tempat sepi, ataupun ke sungai-sungai yang mengalir? Bukankah yang akan terjadi pencemaran yang sangat masif?

Tentang hal ini, diriku teringat sewaktu kecil dulu. Yang pernah melakukan hal yang sama. Dimana masyarakat dimana kami tinggal, yang kebetulan berada di sebuah kaki gunung. Dimana kebanyakan  dimasing-masing rumah ternyata tidak memiliki septi tank. Sehingga ketika harus membuang hajat, maka harus berlari-lari ke tempat sunyi di kaki gunung terujung yang tidak ada rumahnya.

Masih mendingan kalau hajatannya ditanam, tapi kebanyakan dari warga ternyata tidak melakukan hal yang sama, sehingga ketika kalau hujan, maka baru ada pembersihan di tempat tinggal kami. Jikalau tidak, maka bisa dipastikan ada bau yang tidak enak yang semerbak kemana-mana.

Itu cerita dulu, tapi sekarang, ternyata lingkungan tempat tinggalku dulu sudah berubah. Pemikiran warga juga sudah berubah. Tapi kita tidak akan tahu bagaimana lingkungan atau warga yang lain?

Kembali ke masalah pampers tersebut di atas. Memang awalnya bingung. Apalagi ketika keluarga kami dipercayakan untuk mengasuh dua orang anak, maka tentu semakin banyak produksi pampers di setiap paginya.

Bukan hanya masalah kebersihan lingkungan, masalah yang selanjutnya datang adalah bahwa ternyata begitu borosnya kami. Yang harus setiap minggunya mengeluarkan budget yang tidak sedikit untuk memenuhi kebutuhan pampers dua anak sekaligus. Belum lagi budget untuk pembelian susu.

Jadi hal ini menjadi tantangan bagi kami, bagaimana solusi akan hal ini. Ternyata kuncinya ada pada pembiasaan diri kepada anak. Disamping memang anak pertamaku, memang sudah mengerti akan bahasa kami, pembelajaran demi pembelajaran maupun pembiasaan demi pembiasaan terus kami lakukan. Terutama untuk masalah buang air.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun