Mohon tunggu...
Rinta Wulandari
Rinta Wulandari Mohon Tunggu... A Nurse

Wanita Muslim. Menulis untuk Menyenangkan Hati, Melegakan Fikiran. Purna Nusantara Sehat team Batch 2 dan Nusantara Sehat Individu VII Kemenkes RI. ## Perawat di RS milik Kementerian Kesehatan RI 2019-sekarang. email: rinta.write@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Ceritaku Menadah Air Hujan di Pulau Sebatik

20 Agustus 2025   12:55 Diperbarui: 20 Agustus 2025   19:06 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi- Menampung air hujan. (Deposit Photos via Kompas.com)

Untuk 1 toren air bersih atau berisi sekitar 1000 liter air seharga Rp50.000 jika beli dengan petugas Pamtas. Namun jika beli dengan warga biasa harga 1 toren Rp70.000 dengan 1 toren ini bisa digunakan untuk kebutuhan air sehari-hari. Mandi, cuci piring, masak, dll untuk 5 orang namun hanya untuk 3 hari. Selebihnya kami harus membeli air lagi.

Jika hujan datang, sungguh merupakan suatu rezeki bagi kami dan seluruh warga Pulau Sebatik. Semua rumah sudah sedia toren/tandon di bawah talang air atap rumah masing-masing. 

Satu kali hujan di Kalimantan saat itu bisa mengisi beberapa toren air. Maka yang jadi perhatiannku sejak awal saat menjejak di Kalimantan, jika di kampung ku di Lampung orang-orang menutup toren air, memberi tempat aman di sudut rumah. Namun di Pulau Sebatik ini orang-orang menempatkan toren air di bawah, tepat di bawah talang air atap rumah mereka.

Ini fungsinya untuk menadah hujan. Bagi warga sana hujan adalah keberkahan, dan dapat memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari perihal air. Melihat air hujan yang sudah ditampung dalam ember, ternyata hasil air hujan disini sangat bersih dan jernih. Apakah karena memang sedikit kontaminasi polusi Kalimantan, kemudian apakah karena terpapar rindang hutan kalimantan sehingga air yang dihasilkan bersih tanpa kotoran, jernih dan bening, tidak berbau.

Toren yang ada di Pulau Sebatik. (Sumber foto: Yolla Ayu)
Toren yang ada di Pulau Sebatik. (Sumber foto: Yolla Ayu)

Toren yang ada di rumah area Pulau Sebatik. (Sumber foto: Yolla Ayu)
Toren yang ada di rumah area Pulau Sebatik. (Sumber foto: Yolla Ayu)

Maka air hujan yang sudah ditadah kami pergunakan untuk keperluan sehari-hari. Pernah mandi dengan air hujan pertama kali.. rasanya.... sulit di jelaskan.. airnya terasa agak licin dibadan. Namun beberapa hari mandi pakai air hujan ternyata rasanya baik-baik saja. Aman dipergunakan. Namun untuk air minum kami memilih membeli air galon untuk di Konsumsi.

Menadah air hujan telah digunakan sejak ribuan tahun lalu, bahkan sejak tahun 2000 SM. Bukti menunjukkan bahwa berbagai peradaban di berbagai wilayah seperti India, Mesopotamia, Cina, dan Israel kuno telah memanfaatkan sistem pengumpulan air hujan. 

Saat ini, pemanenan air hujan masih relevan dan bahkan semakin penting, terutama di daerah perkotaan yang menghadapi masalah kekeringan dan keterbatasan sumber air bersih. Dengan demikian, menadah air hujan bukan merupakan praktik baru, melainkan sebuah tradisi yang telah ada sejak lama dan terus beradaptasi dengan perkembangan zaman untuk memenuhi kebutuhan manusia akan air (penelusuran AI).

Gambar sumber: @infomitigasi tatalaksana tadah hujan yang baik
Gambar sumber: @infomitigasi tatalaksana tadah hujan yang baik

Begitu juga yang terjadi pada kami di Kalimantan Utara. Sepertinya sampai sekarang warga Kalimantan masih memanfaatkan air tadah hujan untuk kebutuhan sehari-hari. Aku harap dengan pengetahuan yang makin luas, tatacara dan teknologi yang lebih canggih. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun