Semakin hari semakin banyak elit politik yang songong. Sangkanya, merekalah pusat kekuasaan itu karena mereka telah berhasil merampasnya secara paksa dari pemangku kekuasaan itu yaitu rakyat, melalui politik pembodohan.
Dengan berbagai cara mereka terus berusaha membodohi rakyat termasuk dengan retorika politik yang kosong. Tetapi mujarabnya tidak sedikit masyarakat yang mempercayai omongan mereka. Disinilah kesongongan mereka itu semakin bertambah dan terus berlanjut.
Masyarakat telah memberikan mandat dan kesempatan berkuasa kepada mereka. Ada yang karena menukarkan suara mereka dengan uang dan banyak juga karena berhasil dibodohi atas nama agama.
Saya sangat geram dengan elit politik yang songong, apalagi jika mereka mengatasnamakan rakyat dan agama untuk mencapai maksud mereka? Ini sangat keterlaluan dan benar-benar tidak tahu diri.
Mereka menciptakan isu-isu darurat politik, ekonomi, keamanan dan krisis kepemimpinan untuk meresahkan masyarakat. Mereka juga membangun pesimisme berbangsa dan bernegara seakan-akan negara kita tidak akan bertahan lama.
Mereka juga tak segan-segan mengadu domba dengan isu-isu SARA untuk menciptakan kondisi yang tidak kondusif agar mereka dapat memancing di air keruh. Elit apaan model begini?
Bahkan ada elit politik yang mantan napi korupsi dengan pedenya mendaftarkan diri ke KPU untuk menjadi bacaleg. Alasannya mereka layak untuk dipilih kembali karena mereka telah menebus kesalahannya di penjara. Tahu malukah, dia?
Hai, masyarakat Indonesia! Berpikirlah cerdas dan jangan mau dibodohi elit politik songong. Mari kita tolak dan boikot mereka. Jangan beri mereka kesempatan untuk memecah-belah negeri ini. Enyahkan mereka dengan cara mencuekinya dan menganggapnya sebagai elit bodoh.
Jika ada koruptor yang lolos menjadi caleg, tolong ingat nama dan wajah mereka. Jangan pilih mereka. Biarkan dana mereka habis dalam masa kampanye tetapi tidak mendapatkan suara kecuali dari keluarganya sendiri dan antek-anteknya.
Mari kita kenali mereka dan mari kita tolak elit politik songong!
(RS)