Diperkirakan yang menjadi masalah adalah jika Partai Demokrat ngotot memaksakan Agus Harimurti Yudhoyono sebagai Cawapres Prabowo. Tentu saja PKS merasa dibuang dan bisa saja benar-benar meninggalkan koalisi yang dibentuknya sejak awal.
Dan menurut saya, jika Partai Demokrat melalui SBY memaksakan AHY sebagai Cawapres Prabowo maka SBY "sangat kejam" terhadap Prabowo dan PKS.
Mengapa saya katakan demikian?
Pasangan Capres-Cawapres Prabowo-AHY jika benar-benar terwujud, akan sangat tipis kemungkinannya untuk menang melawan Jokowi dan Cawapresnya. Bagi Prabowo sebuah kekalahan merupakan sesuatu yang sangat memalukan dan merugikan.Â
Memalukan karena kalah dua kali terhadap orang yang sama, Jokowi. Merugikan karena Prabowo harus mengeluarkan biaya logistik yang sangat banyak. Sementara usia Prabowo yang semakin tua akan menjadi sebuah pertanda, jika gagal kali ini maka tidak mungkin ada lagi kesempatan untuk menjadi Presiden.
Bagi PKS jika AHY dipilih mendampingi Prabowo, hal tersebut merupakan sebuah kekejian. Demokrat telah merampas jatah Cawapres PKS hanya karena mereka memiliki jumlah kursi yang lebih banyak? Menyakitkan bukan? Mau ditaruh dimana muka ini?
Tetapi tidak bagi SBY dan AHY, kalau pun AHY kalah dalam Pilpres periode ini, anggap sajalah hal itu sebagai iklan memperkenalkan diri untuk Pilpres periode berikutnya mengingat usia AHY juga masih relatif muda.Â
Mungkin saja tujuan SBY mencalonkan AHY sebagai Cawapres bukan melulu mencari kemenangan. Tetapi agar AHY jauh lebih dikenal banyak orang dan lebih mudah "menjual"nya pada periode berikutnya. Jika memang benar seperti itu alangkah kejamnya politik itu?
Dan bagaimana dengan PKS? Tentu mereka akan berpikir ulang untuk hengkang. "Sakitnya itu, disini..."
(RS)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI